Mohon tunggu...
Melati Indah Lestari
Melati Indah Lestari Mohon Tunggu... Pengacara

Meninggalkan jejak kaki saya disini melalui tulisan, karena mereka membuat saya abadi. Temukan tulisan disini berkaitan dengan hukum, politik, filsafat, seni lukis, dan fenomena dunia yang menarik. Selamat membaca.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gondola Venesia dari Utara

14 September 2025   19:03 Diperbarui: 14 September 2025   19:03 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang bocah 6 tahun menulis surat polos untuk Tuhan, meminta kesembuhan kakeknya. Surat itu justru sampai ke tangan yang tepat dan mengubah nasib ke

Marianne tersenyum hangat, "Tentu, Matt! Ambil semuanya jangan sampai ada yang terjatuh, termasuk kau!"

Tangan mungilnya mengambil tumpukan surat, Matthew heran entah mengapa selalu banyak surat disini, rupanya wanita ini menghabiskan waktu hanya untuk kue dan surat saja.

Mereka memiliki kebiasaan mengadakan perjamuan teh bersama tetangga terdekat setiap akhir pekan. Memutar lagu-lagu Belanda klasik bergenre Levenslied yang berinstrumenkan akordeon dan organ laras. Mengobrol tentang pakan ternak yang menghasilkan ternak gemuk, hasil perkebunan yang anjlok tahun ini, sampai dengan menggosip kisah asmara anak-anak mereka.

Marianne memberikan Matthew sepiring biskuit kesukannya dengan secangkir susu ditengahnya. Matthew yang sedari tadi duduk di kursi dengan segera meraihnya.

"Terima kasih, Marianne." ucapnya.

"Tentu, sayang. Kau mau kutemani mengobrol?" Marianne menawarkan.

"Iya, Marianne. Temani aku selagi aku menghabiskan biskuit ini. Aku tidak ingin Daniel mengambil paksa milikku seperti pekan lalu." mukanya sinis melirik sindir Daniel yang duduk di sampingnya. Seperti biasa ia memang tidak suka berbagi biskuit kesukaannya itu kepada oranglain, kecuali pada kakeknya.

"Oh, sayang, ia hanya menggodamu. Ketahuilah segala tingkah lucumu itu membuat hangat hati kami. Tuhan akan melindungi biskuitmu itu dari Daniel."

Muka Matthew masih tampak sebal sekalipun Marianne mencoba melapangkan hatinya. Ia tampak semakin menggemaskan dengan pipinya yang memerah. Marianne dan Daniel tertawa kecil melihat perangai bocah yang mudah sekali kesal itu.

"Apakah tuhan sungguh bisa melakukan itu, Marianne? Kalau begitu aku akan meminta Tuhan memberiku banyak Eierkoek dan biskuit anti-Daniel!" Matthew berteriak dengan gemasnya hingga seisi ruangan pun mendengarnya. Semua orang tertawa.

"Dan, aku juga akan meminta Tuhan untuk membawa pulang ayahku agar kakek Phillip tidak lagi meringkuk di tengah malam." Matthew melanjutkan bicara dan semua orang di ruangan hening sekejap. Mereka tau bahwa itu adalah hal yang sangat sensitif bagi Phillip, ia memang tidak pernah benar-benar bisa melepaskan putranya. Semua orang mencoba kembali pada aktivitas sebelumnya dengan canggung, Marianne mengalihkan Matthew dengan mengajaknya mengobrol hal yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun