Mohon tunggu...
Muhammad Adhien
Muhammad Adhien Mohon Tunggu... Amann

Anak desa yang dituntut untuk mengirim pesan rakyat lapisan bawah kepada yang berkuasa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Abstraksi Nalar Komputasional Tan Malaka

2 Juni 2025   04:23 Diperbarui: 2 Juni 2025   04:22 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

 Dalam Madilog, ia menekankan bahwa materialisme adalah fondasi bagi kebangkitan akal sehat dan logika berpikir masyarakat yang selama ini tersandera oleh mitos, agama formalistik, dan feodalisme[10]. Ia mengkritik kecenderungan masyarakat Indonesia yang menerima takdir tanpa analisis sebab-akibat material. Bagi Tan Malaka, revolusi tidak mungkin berhasil tanpa terlebih dahulu mengganti cara berpikir mistik dengan logika materialistik.

 

2.2 Dialektika: Gerak Realitas yang Berkesinambungan

 

Dialektika, sebagaimana dikembangkan oleh Hegel dan kemudian dimaterialkan oleh Marx dan Engels, melihat kenyataan sebagai sesuatu yang selalu bergerak dan berubah melalui kontradiksi internal. Tan Malaka mengadopsi pandangan ini secara kreatif, menyesuaikannya dengan konteks bangsa jajahan. Ia menolak pendekatan mekanistik yang memisahkan subjek dan objek, sebab bagi Tan Malaka, pemikiran dan tindakan adalah satu kesatuan dalam perjuangan[11].

 Dalam Madilog, ia menulis bahwa perubahan sosial di Indonesia tidak bisa dipahami sebagai proses linier, tetapi sebagai dialektika antara kekuatan kolonial, elit feodal, dan massa rakyat yang sadar atau belum sadar[^4]. Inilah sebabnya ia menganggap bahwa pendidikan logika kepada massa adalah bagian vital dari perjuangan revolusioner.

 2.3 Logika sebagai Alat Pembebasan

 

Logika dalam pemikiran Tan Malaka tidak berdiri sendiri sebagai ilmu abstrak, melainkan sebagai senjata berpikir dalam pertarungan ideologis. Ia melihat logika sebagai alat untuk membongkar kebohongan kolonial, membedah struktur kekuasaan, serta membebaskan rakyat dari ilusi dan tipu daya elit penguasa.

Dengan logika, rakyat dapat membedakan antara ilusi kemerdekaan dan substansi kemerdekaan, antara perbaikan semu dan perubahan struktural. Tan Malaka menyatakan bahwa "revolusi yang tidak berdasar logika akan jatuh pada emosi buta dan akhirnya menjadi reaksioner."[12]

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun