Mohon tunggu...
Muhammad Adhien
Muhammad Adhien Mohon Tunggu... Amann

Anak desa yang dituntut untuk mengirim pesan rakyat lapisan bawah kepada yang berkuasa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Abstraksi Nalar Komputasional Tan Malaka

2 Juni 2025   04:23 Diperbarui: 2 Juni 2025   04:22 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

4.4 Dialektika Politik dalam Situasi Krisis

 

Tan Malaka adalah tokoh yang menolak solusi instan. Dalam konteks Republik Indonesia pasca-Proklamasi 1945, ia menolak Perjanjian Linggarjati dan Renville karena menganggapnya sebagai bentuk kompromi yang mengorbankan kedaulatan sejati[22]. Ia percaya bahwa logika revolusi tidak bisa dipaksakan masuk ke dalam logika diplomasi borjuis yang penuh tipu daya.

 Namun, penolakannya tidak didasarkan pada fanatisme ideologis, melainkan pada analisis dialektis: bahwa kontradiksi antara kolonialisme dan kemerdekaan tidak bisa diselesaikan melalui negosiasi yang timpang. Maka, ia mendorong pendekatan gerilya politik dan ekonomi sebagai strategi menghadapi krisis nasional.

 

4.5 Perlawanan sebagai Jalan Hidup

 

Hingga akhir hayatnya, Tan Malaka tidak pernah keluar dari jalan perlawanan. Bahkan setelah diasingkan, ditolak partai, dan dicap ekstrem oleh banyak pihak, ia tetap mempertahankan garis perjuangannya. Baginya, logika revolusioner tidak tunduk pada popularitas atau legalitas, tetapi pada kebutuhan objektif rakyat untuk merdeka sepenuhnya[23].

Perlawanan baginya bukan sekadar strategi politik, tetapi juga prinsip moral dan komitmen intelektual. Ia hidup dan wafat dengan keyakinan bahwa masa depan hanya bisa dibangun melalui kesadaran, keberanian, dan logika.

 

Bab 5: Sosialisme Praktis dan Muslihat Politik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun