Dalam konteks kontemporer, ini mengingatkan kita bahwa politik progresif tidak cukup hanya cerdas dan taktis, tetapi juga harus jujur, konsisten, dan berpihak.
Â
4. Kesimpulan: Menghidupkan Warisan Tan Malaka
Â
Tan Malaka wafat tanpa kubur yang jelas, tetapi ide dan perjuangannya tidak pernah mati. Ia mungkin tidak diakui dalam sejarah resmi, ditinggalkan partainya, bahkan dibunuh oleh mereka yang dulu mengaku kawan. Namun, sejarah rakyat dan sejarah ideologis akan selalu menghidupkannya.
Melalui tulisan ini, kita telah mencoba menyusun ulang dan merenungkan bangunan pemikiran Tan Malaka secara tematik dan sistematis. Bukan untuk mengkultuskannya, tetapi untuk mengambil pelajaran dari logika, keberanian, dan kesetiaan intelektualnya terhadap rakyat.
Kini, tugas kita bukan hanya membaca Tan Malaka, tetapi juga menghidupkannya: dalam ruang-ruang pendidikan, dalam gerakan sosial, dalam perlawanan terhadap ketimpangan, dan dalam usaha tak henti membangun masa depan yang lebih adil.
Â
Kita telah berdiri di tempat yang benar. Sekarang tinggal satu soal: berani atau tidak?
 - Tan Malaka
[1]Tan Malaka. Madilog: Materialisme, Dialektika, dan Logika. Penerbit Daulat, 1951.