Mohon tunggu...
Muhammad Adhien
Muhammad Adhien Mohon Tunggu... Amann

Anak desa yang dituntut untuk mengirim pesan rakyat lapisan bawah kepada yang berkuasa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Abstraksi Nalar Komputasional Tan Malaka

2 Juni 2025   04:23 Diperbarui: 2 Juni 2025   04:22 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

 

5.1 Sosialisme: Dari Teori ke Aplikasi

 

Dalam banyak perdebatan revolusioner, sosialisme kerap disalahpahami sebagai sistem utopis atau proyek ekonomi semata. Namun, bagi Tan Malaka, sosialisme adalah alat perjuangan yang membumi dan praktis. Ia menulis bahwa sosialisme bukan "kumpulan impian", melainkan "kebutuhan nyata rakyat untuk hidup layak, bebas dari eksploitasi dan penindasan"[24].

Sosialisme versi Tan Malaka adalah sosialisme yang berpijak pada realitas rakyat Indonesia sebuah negeri agraris yang baru mengenal kapitalisme dalam bentuk kolonial. Maka, tugas utama kaum revolusioner bukan hanya menyebarkan cita-cita sosialisme, tetapi menyesuaikannya dengan bentuk ekonomi rakyat: tanah, produksi, dan distribusi berbasis komunitas.

 

5.2 Muslihat Politik: Antara Strategi dan Prinsip

 

Dalam Muslihat, Politik, dan Ekonomi Berjuang, Tan Malaka membahas pentingnya taktik dalam perjuangan. Bagi dia, "muslihat" bukanlah tipu daya dalam arti buruk, melainkan strategi cerdas dalam menghadapi musuh yang lebih kuat secara struktural. Dalam situasi kolonial dan semi-feodal, perjuangan tidak selalu bisa frontal. Maka, dibutuhkan manuver, infiltrasi, bahkan kamuflase politik untuk tetap menjaga tujuan utama.

Namun, muslihat politik harus tetap dalam batas moral revolusi: tidak mengkhianati rakyat, tidak mengorbankan prinsip untuk kepentingan jangka pendek. Tan Malaka mengecam politisi yang menggunakan tipu muslihat demi kekuasaan pribadi atau elite borjuis, dan menyebut mereka sebagai "kaki tangan kapitalisme dalam selimut kemerdekaan".

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun