4.2 Penjara sebagai Ruang Kontemplasi dan Rekonstruksi
Â
Dalam banyak narasi revolusioner, penjara seringkali digambarkan sebagai tempat penderitaan dan pembungkaman. Namun, bagi Tan Malaka, penjara justru menjadi laboratorium ide. Di balik jeruji, ia menulis, berpikir, dan mengkonstruksi ulang strategi perjuangan berdasarkan refleksi kritis atas realitas yang dihadapi. Ia menyusun Gerpolek (Gerilya, Politik, Ekonomi) sebagai hasil perenungan mendalam tentang strategi revolusi dalam konteks Indonesia yang belum sepenuhnya merdeka[21].
 Tan Malaka tidak hanya melihat fisik penjara, tetapi juga "penjara ideologis" yang membelenggu pikiran bangsa: yakni ketergantungan pada elite, tunduk pada dogma, dan kehilangan kepercayaan pada kemampuan rakyat sendiri. Ia menyerukan perlunya revolusi dari dalam kepala, sebelum revolusi senjata dapat berhasil.
Â
4.3 Gerpolek: Revolusi yang Tidak Terpisah dari Kehidupan
Â
Dalam Gerpolek, Tan Malaka menyusun strategi revolusi menyeluruh yang tidak memisahkan antara gerilya militer, gerakan politik, dan struktur ekonomi. Ia menolak pendekatan revolusi yang hanya mengandalkan kekuatan bersenjata tanpa basis ideologis dan ekonomi yang jelas.
Bagi Tan Malaka, tentara rakyat harus berpikir seperti petani dan bertindak seperti guru. Mereka tidak hanya bertempur, tapi juga mendidik rakyat, membangun logistik, mengorganisasi produksi, dan menciptakan bentuk ekonomi alternatif yang bebas dari kolonialisme dan kapitalisme. Inilah yang disebutnya sebagai ekonomi perjuangan.
Gerpolek menjadi bukti bahwa Tan Malaka tidak hanya berpikir secara revolusioner, tetapi juga sistematis dan multidimensi. Ia melihat bahwa tanpa kontrol atas ekonomi dan organisasi politik yang kuat, senjata hanyalah alat kosong.
Â