"Terimakasih Tuan." jawab Kushal. Lalu ia pergi kedalam.
Kemarahan Deepak bukan tanpa alasan. Sebagai seorang kepala keluarga, ia benar-benar menjunjung tinggi nilai-nilai tradisi yang telah diwariskan oleh keluarganya. Bahwa seorang wanita harus menjaga kehormatan keluarganya. Seorang wanita harus menjaga diri dimanapun ia berada. Membatasi pergaulannya dengan orang yang bukan pasangannya.
Saat ia melihat Deepali dan Kushal berduaan dalam keadaan yang kurang menyenangkan di matanya, saat itulah kemarahannya memuncak. Jika bukan karena Bakhtaja yang meredam kemarahan Deepak, ia sudah mengusir Kushal. Jika Deepak mau, ia bisa saja membunuh Deepali. Meskipun ia adalah darah dagingnya sendiri.
***
Kemarahan Deepak perlahan mulai sirna. Kehidupan dalam keluarga itu berjalan seperti biasa. seolah tidak pernah terjadi apa-apa.
"Maaf Tuan, mungkin hari ini saya agak terlambat menjemput Tuan ke kantor."
"Mengapa?" tanya Deepak singkat sambil membaca koran di tangannya.
"Saya harus menjemput Nona di kampus. Nona Deepali minta dijemput agak sore. Karena hari ini ada kegiatan di kampus hingga sore."
"Baiklah, aku bisa pulang naik taksi. Lebih baik kau jemput Deepali saja. Jaga dia baik-baik. Aku tidak mau ia bergaul dengan orang yang salah." perintah Deepak. Ekspresi serius nampak di wajahnya.
"Baik Tuan."
Hubungan Deepali dan Kushal kini mulai sedikit renggang. Mereka hanya mengobrol saat berada didalam mobil. Saat Kushal mengantar Deepali ke kampus. Saat itulah mereka bisa leluasa berbicara dan tertawa bahagia bersama. Tanpa ada Deepak. Tanpa ada rasa takut sedikitpun.