"Bukan Paman, aku takut dengan ayah. Paman tahu sendiri kan kalau ayahku seorang yang menjunjung tinggi kehormatan keluarga? Ayah tidak mengizinkan aku berhubungan terlalu akrab dengan orang lain. Sekalipun ia teman di kampusku."
"Paman juga tahu jika kita bisa berbicara berdua seperti ini saat ayah tidak ada dirumah,"
"Iya Nona, saya paham maksud Nona. Tapi Nona jangan membenci ayah Nona. Karena itu semua demi kebaikan Nona sendiri. Tidak ada orangtua di dunia ini yang memilihkan sesuatu yang buruk untuk anaknya."
Deepali menceritakan kedekatannya dengan Bharath kepada Kushali. Sejak mereka mendapat tugas untuk menangani proyek kampus, pertemuan diantara keduanya makin sering terjadi. Komunikasi terjalin diantara mereka berdua. Namun itu hanya sebatas hubungan pertemanan saja. Tidak lebih. Kushal hanya bisa diam mendengarkan curahan hati Deepali. Ia hanya bisa menyediakan telinganya untuk mendengarkan cerita-cerita Deepali.
Tiba-tiba mereka dikagetkan oleh suara pintu yang dibanting. Dalam posisi masih duduk berdua di kursi sofa, Deepali dan Kushal menoleh kearah sumber suara itu. betapa kagetnya mereka saat melihat Deepak berdiri tidak jauh dari mereka.
"Apa yang kalian berdua lakukan? Jadi selama aku tidak dirumah, kalian berduaan seperti ini? Sangat memalukan!" ucap Deepak dengan nada tinggi.
"Tapi ayah, kami tidak melakukan apapun. Kami hanya ngobrol saja. Tidak lebih." ucap Deepali.
"Nona benar Tuan, kami tidak melakukan apapun. Saya sudah menganggap Nona seperti anak saya sendiri."
"Diam, kau hanya sopir keluarga ini. Sebagai sopir kau harus tahu diri. Dia anakku. Dia masih gadis. Jika tiba-tiba ada orang yang mengetahui perbuatan kalian berdua, mau ditaruh dimana kehormatan keluargaku?" ucap Deepak marah.
"Ayah...."
"Deepali, masuk ke kamarmu. Cepat. Bakhtaja, bawa anakmu masuk ke kamarnya. Dan kau Kushal, kali ini aku bisa menerima alasanmu. Mengingat jasamu terhadap keluarga ini, aku akan memaafkanmu."