"Deepali, cepatlah sedikit. Kushal telah menunggumu diluar dari tadi." ucap Bakhtaja dari balik pintu kamar Deepali.
"Sebentar Bu, katakan kepada Paman Kushal untuk menungguku tujuh menit lagi. Aku harus mengeringkan rambutku dulu."
"Baiklah anakku, cepat ya."
"Iya Bu."
Hari-hari Deepali lebih banyak dihabiskan bersama Kushal. Sopir keluarga Deepak itu sudah beertahun-tahun bekerja untuk keluarga Deepak. Hubungan Deepali dan Kushal sudah seperti ayah dan anak. Pria 45 tahun itu sudah menganggap Deepali seperti putri kandungnya yang ia tinggalkan di Shahjahanpur. Karena tekanan ekonomi, Kushal mencari pekerjaan di Allahabad. Hingga langkah kakinya berakhir dirumah keluarga Deepak.
"Nona, kita sudah sampai."
"Iya Paman. Nanti sore jemput aku seperti biasa. Dan jangan lupa untuk membeli laddu di tempat biasanya."
"Baik Nona."
Sore itu seperti janji Kushal, ia telah menunggu Deepali di depan gerbang kampusnya. Dengan sabarnya ia menunggu anak majikannya itu. Hingga akhirnya ia bisa melihat Deepali dari dalam mobil. Ia berjalan beriringan bersama temannya keluar dari kampus.
"Siapa dia Nona?"
"Dia temanku Paman. Kami adalah teman satu jurusan. Kebetulan kami sedang ada proyek penelitian di kampus. Dia bernama Bharath. Satu-satunya mahasiswa muslim dari Sidharth Nagar."