Mohon tunggu...
Leony Agustina Mustikasari
Leony Agustina Mustikasari Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangga

Hobi menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bagian Hati yang Belum Usai

9 Desember 2022   16:20 Diperbarui: 10 Desember 2022   04:12 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebuah Pernikahan adalah ikatan dua orang dewasa yang sama-sama memiliki nilai pada diri masing-masing dengan sebuah tujuan yaitu hidup bahagia. Aku adalah Tulip seorang Wanita dewasa yang baru paham dan tahu bahwa pernikahan bukan hanya sebuah cinta tapi perjalanan dua orang dewasa yang bersama untuk berkembang dengan karakter dan juga kebiasaan yang terbawa dari lahir tanpa adanya pencitraan lagi seperti saat pacaran.

         Di umur pernikahanku yang ke 13 tahun ini adalah titik balik cara pandangku tentang pernikahan berubah total. Dimana dulu aku beranggapan kebahagiaan dalam pernikahan bisa sempurna, jika yang memberikan rasa bahagia adalah pasangan kita dengan kejutan-kejutan romantis seperti layaknya sepasang kekasih saat pedekate. Ternyata pernikahan bukan seperti jaman pacaran, pernikahan dan kebahagiaan  bukan lagi tentang hal-hal romantis serta kejutan. Tapi hal sehari-hari secara sederhana yang kita lalui, dengan perasaan kasih sayang yang masih tumbuh serta menetap di masing-masing hati pasangan suami istri dengan bahasa cinta yang berbeda-beda tiap pasangan, bersama-sama mengarungi gempuran berbagai macam masalah seperti karakter, komunikasi, serta ekonomi namun saling menguatkan satu sama lain tanpa ada niat untuk meninggalkan.

           Malam ini, adalah malam kesekian kalinya kami bertengkar. Karena aku kekeh ingin mengubah karakter seorang Utama yang bagiku secara pribadi karakter friendlynya terhadap lawan jenis sangat menganggu aku sebagai pasangannya. "Bisa tidak, kamu tidak usah banyak terlalu berpikir aneh-aneh tentang aku. Aku hanya kerja dan mencoba mencukupi kebutuhan keluarga kita, aku berusaha terbaik buat keluarga ini! nada tinggi suara Utama yang lagi cek cok dengan Tulip." "Kamu banyak berubah! Aku tak sanggup lagi! Kita memang sepertinya sangat tidak cocok! Saat aku mau diskusi, tapi reaksimu emosi. Kamu sudah tak bisa menenangkan kebingunganku. Lebih baik kita akhiri! Tulip bicara dengan nada bicara datar mengutarakan isi hatinya yang tak pernah ada jalan keluarnya."

        "Kamu tahu kan bagaimana caranya, agar aku tidak berpikir macam-macam tentang kamu. Maka jangan kamu lakukan apa yang tidak aku suka. Tapi apa! Kamu tak bisa meninggalkan apa yang tak aku suka. Memang sepertinya itu, sudah menjadi karaktermu! Tulip memperpanjang curhatan isi hati terdalam saat Utama dan dirinya sama-sama emosi, agar Tulip bisa meluapkan segala perasaan yang tidak enak di dalam hubungan pernikahan selama ini Tulip jalani dengan Utama."

         "Apa maumu sekarang! Utama mendekati Tulip dengan berdiri bersama emosinya." "Ubah hal yang tak aku suka. Agar kesalku padamu tak terus berulang, kata Tulip pada Utama." "Aku tak bisa! Aku dengan Yesy hanya teman sebatas pekerjaan jadi jangan pernah berpikir lebih dari itu!  Celoteh Utama dengan tegas berdiri di hadapan Tulip sambil mencengkeram lengan Tulip."  

         "Oke aku besok pulang selama seminggu bersama Jasmine ke Solo. Jika aku masih tidak bisa memaklumi kelakuanmu. Berarti sepertinya pernikahan ini tak bisa kita lanjutkan lagi. Berikan aku waktu berpikir jernih di rumah orang tuaku, Tulip sambil melepaskan tangan Utama yang cengkeramnya dengan kuat." "Kata siapa aku mengijinkan kamu pulang ke Solo. Ini masalah kita, mau gak mau kita selesaikan sendiri dan jangan melarikan diri ke Solo, badan Utama semakin mendekat dan menatap dalam ke Tulip dengan tatapan antagonisnya yang sinis."

           Tulip tidak semakin mengalah. Tulip malah semakin marah. Lalu pergi meninggalkan Utama ke ruangan lain yaitu kamar tamu asal Tulip tidak lagi melihat wajah Utama dihadapannya. Tulip membiarkan Utama di kamar tidur mereka. Tulip meneteskan air matanya tanpa henti hingga dadanya sesak, tanpa sadar Tulip ketiduran dengan air mata yang masih tersisa di sudut-sudut matanya.

****

 11 TAHUN YANG LALU DI PERPISAHAN SEKOLAH.

           "Dina kamu tahu dimana Tulip? Tanya Kenjuna pada Dina yang berbaju kemeja putih dengan celana jens dan sepatu putih." "Aku aja baru datang. Gimana aku bisa tahu dimana Tulip, jawab Dina seadanya pada Kenjuna yang kebingungan mencari Tulip." "Dina, bukannya biasanya Tulip selalu barengan ama kamu? Kenjuna menanyakan lagi jawaban gak niat Dina tentang Tulip." "Sungguh Kenjuna. Aku gak barengan dan aku gak tahu dimana Tulip, Dina menegaskan kembali ketidak tahuannya tentang Tulip." Kenjuna pun berlari meninggalkan Dina begitu saja untuk mencari Tulip.

          "Kenjuna gabung sini! Kenapa sih dari tadi bingung aja kesana kemari. Ini acara perpisahan udah mau mulai. Duduklah di bangku ini, daripada nanti kamu gak dapat tempat duduk, jika anak-anak udah pada masuk ruangan, kau tak akan tempat duduk lagi, Kata Doni menawari Kenjuna bangku kosong dekatnya bersama teman-teman tongkrongan yang biasa Kenjuna gabung." "Don, kamu tahu Tulip gak? Kenjuna menanyakan Tulip pada Doni, siapa tahu Doni kali ini bisa diandalkan."

       "Udah ngapain kamu cari Tulip? Itu ada cewek tercantik di sekolah kita Ani. Ngapain cari Tulip? Ani katanya masuk Universitas Negeri di Malang jurusan BP tau. Tulip paling-paling juga gak bermasa depan tu cewek kan metal abis. Udah duduk sini aja, jangan bingung cari Tulip! ajak Doni pada Kenjuna yang kebingungan mencari Tulip di acara perpisahan sekolah SMU."

       Kenjuna gak menghiraukan omongan Doni yang benar-benar tak membantunya yang kebingungan mencari Tulip. "Kenjuna. Denger-denger kamu keterima di sekolah intanstansi pemerintahan bermasa depan cerah nih, Ahmad menghentikan langkah Kenjuna untuk terus mencari Tulip, diantara gerombolan teman-temannya tadi." Kenjuna hanya tersenyum simpul di sudut bibirnya, mendengar Ahmad tahu tentang kemana Kenjuna akan melanjutkan sekolah setelah SMU. "Tulip gak akan datang di perpisahan ini. Tulip keterima di salah satu Universitas Negeri di Surabaya dan hari ini dia daftar ulang kesana. Aku tadi lihat, saat aku berangkat ke perpisahan ini dan melewati rumah Tulip yang berdekatan dengan rumahku, celoteh Ahmad tetangga Tulip yang juga kawan Kenjuna sekelas."

         "Tulip, di Surabaya mana? Jurusan apa yang Tulip ambil? Kenjuna menanyakan pada Ahmad tetangga Tulip yang pastinya tahu tentang Tulip, sebab Ahmad selingkungan rumah dengan Tulip." "Pelan-pelan Pren. Yang aku tahu Tulip ambil jurusan Akuntansi seperti Ayahnya.Tulip di Surabaya mana aku kurang tahu, Ahmad mencoba menjelaskan agar rasa penasaran Kenjuna pada Tulip bisa terjawab walau tak banyak." Kenjuna seketika menghentikan langkahnya untuk mencari Tulip.

         "Gak biasa kamu cari Tulip? Kamu juga bukan pacarnya Tulip? Kamu mau titip pesen ke Tulip, biar nanti aku sampaikan kalo aku ketemu Tulip, Ahmad menawarkan pada Kenjuna jika ingin titip sesuatu pada Tulip." "Gak, Pren. Hanya mau bilang hal yang gak penting kok ama Tulip. Makasih ya atas Infonya tentang Tulip, Kenjuna kemudian berusaha gabung dengan Doni serta teman-temannya karena acara perpisahan sekolah akan dimulai."

         Dalam hati Kenjuna merasa sangat sedih. Ini adalah momen terakhir yang harusnya Kenjuna masih bisa mencuri-curi pandang, menatap wajah Tulip seperti yang biasa Kenjuna lakukan di kelas walau tanpa diketahui oleh Tulip. Kenjuna memang suka terhadap Tulip, tapi Kenjuna menyimpan rapi perasaannya pada Tulip, sebab Kenjuna belum memiliki kepercayaan diri yang bisa buat Tulip mengiyakan pernyataan perasaannya jika suatu saat Kenjuna menembak Tulip. Kenjuna ingin menampilkan dirinya dengan sepantasnya dimata Tulip.

        Dua hari yang lalu penerimaan Kenjuna sebagai peserta didik di instansi pemerintahan. Kenjuna seperti memiliki banyak kepercayaan diri, bagi Kenjuna ini adalah saat yang tepat buat Kenjuna menyatakan perasaannya pada Tulip. Tapi apalah daya takdir memutus momen yang seharusnya indah menjadi momen tanpa arti apapun.

****

            "Hai Temen-temen SMP aku bikin group ini buat ajang tali silahturahmi kita sodara dan sodari SMP2 kelas I, Kenjuna menyapa warga goup SMP yang Kenjuna buat agar bisa chit dan chat antar temen SMPnya." Warga Group WhatApp SMP pun langsung ramai dan mamperkenalkan diri. "Teman-teman ada yang punya no WhatApp Tulip, gak? Kenjuna menanyakan pada teman-temannya di group SMP yang sengaja Kenjuna buat." "Tulip! Kita malah gak tahu dimana Tulip sekarang, saut salah satu temennya Kenjuna semasa SMP bernama Gendis."

          "Nanti coba aku tanya anak-anak SMU. Siapa tahu ada yang menyimpan no WhatApp Tulip, Kenjuna berusaha mencari no WhatApp Tulip." "Kalo gak rame kan gak seru. Iya kan? Tulis Kenjuna di group WhatApp yang dia buat, mengaburkan rasa penasaran Kenjuna tentang keadaan Tulip saat ini." "Tulip, kayaknya jarang ikut di Group WhatApp manapun, Gendis mencoba menggagalkan keinginan Kenjuna untuk mencari no WhatApp Tulip di group SMU, dimana Tulip dan Kenjuna satu sekolah." "Namanya di coba. Kan belum tentu berhasil juga, Kenjuna menjawab ocehan Gendis di WhatApp Group SMP, sambil menyematkan emoji ketawa." WhatApp Group SMP masih sangat ramai karena warga group saling bersua dan bertukar kabar antar teman di Group WhatApp dengan saling ketik diWhatApp.

         "Hai Dina. Gimana kabar? Aku Kenjuna, WhatApp Kenjuna pada WhatApp pribadi Dina." Dina pun langsung menjawab WhatApp Kenjuna. "Iya kenapa Kenjuna? Gimana kabar kamu sekarang? Dina menjawab WhatsApp Kenjuna." Kenjuna melihat WhatApp dari Dina langsung membuka kunci Handphonenya lalu cepat-cepat Kenjuna mengetik jawaban. "Baik Dina, kamu dulu temannya Tulip kan waktu SMU dan SMP? Apa kamu punya no WhatAppnya Tulip? Kenjuna membalas WhatApp Dina yang lansung centang dua yang artinya telah dilihat oleh Dina."

         "Ada, bentar ya. Aku cari dulu no WhatAppnya Tulip. Aku lama ndak hubungi Tulip lagi. Semoga aja no WhatApp nya masih aktif. 08122130482. Ini ya Kenjuna nomer WhatAppnya Tulip, Dina memberikan no WhatApp milik Tulip pada Kenjuna." "Kok tiba-tiba kamu tanyakan no WhatAppnya Tulip, Kenjuna? Dina mengetik lagi WhatApp pada Kenjuna." "Iya aku sudah bikin Group SMP kelas I, kan Tulip sekelas ama aku dulu di SMP, tapi Tulip belum aku masukkan kedalam group, Kenjuna menjawab pertanyaan Dina sambil menyematkan emoji senyum."

          "Tulip sekarang dimana Dina? Gimana kabarnya? Apa kamu masih sering ketemu ama Tulip? Kenjuna menyematkan pertanyaan-pertanyaan tentang Tulip pada Dina." "Tulip sekarang tinggal di Jakarta, Tulip memiliki seorang anak perempuan berumur 12 tahun, suaminya seorang Teknik Sipil dan bekerja di Jakarta pusat yang aku tahu, sepertinya baik-baik saja Tulip, tapi aku sudah lama tak mengikuti kabar tentang Tulip. Aku udah gak pernah ketemu lagi ma Tulip, Kenjuna, aku repot ngurus anak-anakku, Dina mengetik keingintahuan Kenjuna tentang Tulip sepengetahuanya." "Oke makasih Dina, aku coba masukkan WhatApp Tulip di Group SMP ku dulu ya, Kenjuna mencoba mengakhiri pembicaraan dengan Dina teman dekatnya Tulip." Setelah dapat no WhatApp Tulip, Kenjuna lalu memasukkan WhatApp Tulip di dalam group SMP.

        "Hai Tulip gimana kabar? Cattingnya WhatsApp dari temannya yang bernama Gendis di group SMP, karena tahu No WhatApp Tulip telah masuk di Group SMP, Gendis orang yang menyapa Tulip di group SMP secara ramah, namun tak juga ada jawaban dari Tulip." Tulip hanya melihat layar Hp tanpa menjawab, yang tergeletak di atas meja makan karena ada tanda bunyi masuk WhatApp, disela-sela Tulip beberes rumah di pagi hari disaat suami dan putrinya berangkat sekolah, dimana itu adalah rutinitas wajib yang Tulip lakukan, semenjak tidak bekerja lagi sebagai Wanita karir dan memilih mendedikasikan jiwa raganya untuk keluarga. Kring...kring... Tulippun menjawab telepon dari handphonenya. "Tulip? Gimana kabarmu? Ikutlah nimbrung di group SMP, suara lembut seorang pria yang seperti Tulip kenal tapi lupa sebab lama Tulip tak berkabar lagi dengan teman-teman SMPnya dulu." "Halo, ini siapa? Tulip bertanya siapa cowok yang menelpon dirinya untuk gabung di group SMP yang tengah ramai chattingan."

       "Aku Kenjuna ingatkan? Kenjuna memaksa memori Tulip untuk melangkah ke masa lalu dimana Kenjuna adalah Ketua kelasnya di masa SMP, kemungkinan Tulip lupa akan nama Kenjuna sungguhlah kecil." "Kenjuna! Tentulah ingat aku akan dirimu, Tulip menjelaskan bahwa ingatannya masih sangat bagus tentang diri Kenjuna. Walau tidak kenal dekat, tapi jabatan Kenjuna sebagai ketua kelas sangatlah menempel di memorinya."

         "Untunglah, aku kira kamu sudah tak kenal dengan Kenjuna ini? Kenjuna mencoba bercanda di komunikasi pertamanya dengan Tulip temannya SMP." "Mana bisa lupa aku ini ama kamu, Kenjuna. Sebab wajahmu menakutkan Kenjuna hanya ada wajah serius tanpa ada wajah bercanda, jika aku melihat wajahmu saat SMP waktu itu, Tulip berusaha menimpali candaan Kenjuna padanya." "Ayolah aktif di group SMP. Kita kan kangen ama kamu Tulip di group SMP, Kenjuna mencoba menarik Tulip dalam Group SMP yang Kenjuna bentuk sebagai ajang silahturahmi dan temu kangen sesama teman SMPnya."

         "Jika kamu tak mau aktif, undanglah aku kerumahmu, Tulip. Mumpung aku sedang kerja di Jakarta sekarang, Kenjuna menginginkan agar Tulip memperbolehkannya mampir kerumahnya." Tulip tersenyum, hingga terdengar oleh Kenjuna. "Boleh, kapanpun kamu bisa datang kerumahku, Tulip mempersilahkan Kenjuna untuk mengunjunginya sebagai teman lama sesama SMP." "Boleh? Oke minggu depan aku bersama temanku akan main ke rumahmu Tulip, Kenjuna gembira bahwa temannya Tulip mempersilahkan dirinya secara akrab untuk datang berkunjung kerumah Tulip."

          "Aku tunggu kedatanganmu Kenjuna. Agar aku tak aktif di group SMP kita, candaan Tulip dengan Kenjuna sampai akhir komunikasi mereka di telepon." Keduanya pun menutup handphone. "Tulip aku akan datang kerumahmu. Jadi janjimu harus segera kamu realisasikan minggu depan, Kenjuna mengirimkan Whatsapp ke Tulip." Tulippun membuka WhatsApp dari Kenjuna. Dan menjawab dengan emoji senyum, Tulip lalu meletakkan handphonenya di meja ruang makan dan melanjutkan kegiatannya membersihkan rumah yang disela karena ada panggilan telepon dari Kenjuna.

           Tulip tak memikirkan apapun tentang omongan Kenjuna. Tulip hanya melewati hari-harinya tanpa menanti atau membayangkan serta berekpektasi untuk bertemu dengan teman lamanya Kenjuna. Waktu seminggu janjian diantara Kenjuna dan Tulip pun hadir. "Hai Tulip. Hari ini aku bisa bertemu denganmu. Hanya aku tanpa teman, apa kamu bisa? Aku akan berkunjung kerumahmu, Kenjuna mengirimkan pesan kepada Tulip di hari kerja terakhir di minggu pertengahan Januari." "Ya Kenjuna, aku bisa hari ini. Tapi aku tak bisa menemuimu di rumah. Bisakah kita bertemu di cafe adelweiss. Tunggu aku disana jam 13.00, Pesan Tulip pada kontak WhatApp Kenjuna."

           "Oke aku akan menunggumu di cafe Adelweiss, jam 13.00. Jangan telat. Oke, Kenjuna menjawab WhatsApp Tulip dan disematkan emoji smile." Kenjuna hadir di cafe Adelweiss jam 12.30. 30 menit lebih awal dari jam kesepakatan antara Kenjuna dan Tulip." Kenjuna memesan kopi hitam yang tercampur gula aren panas minuman kesukaannya sebab aren di dalam kopi menambah aroma yang nikmat, dan duduk terlihat dari pintu cafe Adelweiss agar Tulip tak susah mencari keberadaan Kenjuna. Kenjuna melihat Handphone diatas meja siapa tahu Tulip memberinya kabar posisinya sekarang, dan Kenjuna bisa siap-siap untuk memasang wajah familier berharap Tulip langsung mengenalinya, Kenjuna tidak ingin memperlihatkan wajahnya yang gerogi menantikan sekian lama agar bisa bertemu dengan Tulip.

           Jam menunjukkan jam 13.10 tak ada bunyi tanda WhatsApp masuk di Handphone Kenjuna. Di waktu menunggu Tulip, hati Kenjuna berderu kencang layaknya seorang prajurit yang akan menghadapi perang yang belum tahu kemampuan strategi lawan perangnya. Terlihat samar-samar Wanita dengan kulit kuning langsat namun tidak terlalu putih, jilbabnya berwarna biru dipadu padankan dengan outer berwarna biru langit serta kaos putih sebagai landasan outernya dengan celana panjang putih bergerak membuka pintu cafe Adelweiss wajah yang ceria dengan senyuman yang tak pernah berubah dari masa sekolah masih sama. Pandangan Tulip langsung pada mata Kenjuna yang menantinya kurang lebih 40 menit untuk menemui teman lamanya Kenjuna.

         Raut wajah Tulip di mahkotai senyuman walau sedang digaluti rasa sedih, yang coba Tulip samarkan dengan make upnya natural yang menampilkan kecerahan, agar suasana hatinya yang sedih tak terlihat oleh Kenjuna, karena pertengkaran Tulip tadi dengan Utama suaminya, Tulippun menghampiri Kenjuna di meja cafe adelweiss. Kenjuna menyodorkan tangannya hendak berjabat tangan namun tiba-tiba bukan tangan Tulip yang Kenjuna genggam tapi pelukan Tulip yang tiba-tiba bersandar di dadanya. Kenjuna hanya kaget dan tak berkata apa-apa mencoba memahami keadaan psikologi Tulip yang ingin diungkapkan lewat sebuah sikap yang random. "Hai lama tak jumpa! Kenjuna menyapa Tulip dan membiarkan Tulip menyandarkan pelukan didadanya padahal keadaan hati Kenjuna sendiri tak karuan." "Maaf! Aku tiba-tiba mengagetkanmu, dengan sikapku. Biarkan aku 5 menit begini, sebab akhir-akhir ini aku merasa kacau, Tulip akhirnya melepaskan pelukannya pada Kenjuna."

            "Tak apa. Kamu mau aku pesankan kopi? Atau cake? Kenjuna sambil menormalkan keadaannya, atas pelukan Tulip yang membuat hati Kenjuna berdetak tak karuan, setelah melihat Tulip duduk di bangku depannya." Kenjunapun langsung pergi memesankan makanan Tulip agar wajahnya tak nampak kikkuk saat berhadapan dengan Tulip, sebab Tulip adalah cinta pertama dan Cinta sejati di masa SMP yang tak Kenjuna ungkapkan serta perlihatkan selama ini.        

            Setelah 20 menitan, Kenjuna membawa segelas kopi Dolcelate dengan ukuran sedang serta Cheese cake, lalu menaruh minuman serta makanan kesukaan Tulip di hadapannya. "Kenapa kamu tungguin makanan aku. Harusnya kamu tadi tinggal, biar Waiter yang membawanya kesini. Makasih ya, Kenjuna, mata Tulip mulai berbinar atas perlakuan Kenjuna padanya yang membawakan makanan serta minuman diatas mejanya."

          "Lama tak bertemu. Ternyata kamu masih ingat wajahku. Wajahmu sekarang makin cantik saja, gak kayak dulu di masa SMP dan SMU tomboy, Kenjuna membuka pembicaraan dengan Tulip." Tulip hanya memandang mata Kenjuna seperti berbicara bahwa keadaannya sedang tak baik-baik saja. "Pasti kamu tak pernah galau, ya? Kamu awet muda, Tulip, Kenjuna sambil tersenyum agar Tulip mau bercerita tentang hatinya yang sejujurnya."

         "Bisa aja kamu Kenjuna. Iya aku bahagia. Seperti kamu dan istrimu, aku lihat di DP Whatapps mu kalian selalu berswa foto dengan wajah sumringah memancarkan hati yang saling mencintai, Tulip menjawab kata-kata Kenjuna padanya." "Sebenarnya aku tak seperti yang kamu lihat, Tulip. Perasaan kita seperti ikatan perkawinan pada umumnya, tak ada sangat dalam hubungan kami. Kami hanya menjalaninya dengan penuh tanggung jawab dan rasa bahagia yang selalu kita usahakan, hingga seperti yang kamu lihat dan ekspektasikannya dalam pikiranmu tentang aku."

       "Maksudnya? Tak ada kata sangat! Aku tak paham Kenjuna, Tulip berbicara dihadapan Kenjuna dengan tampang penasaran." Kenjuna kembali tersenyum. "Kita saling menyayangi biasa, tak ada kata sangat mencintai. Entah itu teori yang aku buat, atau memang itu sebuah kewajaran dalam rumah tangga, Kenjuna menggambarkan tentang pernikahannya." "Padahal aku ikut bahagia. Sebab dimataku, kamu memiliki rumah tangga yang sangat ideal serta menjadi impian semua orang, kata Tulip pada Kenjuna." "Kok jadi membahas tentang aku? Kamu bagaimana Tulip? Kenjuna menanyakan balik keadaan Tulip selama ini." "Keadaanku baik dan tak ada yang spesial tentang aku. Aku hanya Ibu Rumah tangga dengan rutinitas yang biasa aja, Tulip menceritakan keadaanya secara singkat."

       Tulip meminum es Kopi Dolcelate dan sesekali memakan cheese cake dengan potongan kecil. Kenjuna hanya memandang Tulip, saat menikmati cake serta minumannya. "Jangan kamu liatin aku seperti itu Kenjuna. Nanti aku hilang ingatan, kalimat konyol yang coba membubarkan cara Kenjuna memperhatikan Tulip, yang dinilai Tulip terlalu berlebihan kepadanya." "Ya namanya lama gak pernah ketemu. Jadi sekali ketemu kamu aku mencoba ingin menguasai momen ini dengan melihat wajahmu Tulip, Kenjuna masih bisa ngeles pernyataan Tulip dengan sedikit nyengir."

      "Kenjuna. Kamu hari ini kosong? Bisa anterin aku ke Monas gak? Tiba-tiba Tulip meminta diantar ke Monas." "Bisa. Kenjuna lalu beranjak dari tempat duduknya, Kenjuna siap mengantarkan Tulip sekarang juga." "Kamu lucu banget. Gak ada kata penolakan, langsung aja di iyain, Tulip ikut beranjak tanda karena Kenjuna berusaha menuruti kekonyolannya."

       Mereka berdua jalan menggunakan mobil Kenjuna, melaju dengan kecepatan normal kearah Jakarta Pusat. "Kenjuna! Tulip memanggil Kenjuna agar wajah Kenjuna menatap nya juga." "Apa? Kenjuna membalas pandangan Tulip sekitar 3 menit lalu pandanganya kembali ke setir mobil serta pandangannya kedepan." "Gak papa. Tulip ingin curhat namun tak bisa kata-kata keluar dari mulutnya, Tulip hanya menunjukkan dengan kelakuan anehnya pada Kenjuna."

        "Kalo mau cerita. Gak usah sungkan. Siapa tau aku bisa bantu, Kenjuna sesekali memandang wajah Tulip di sela-sela nyetir." Tulip hanya tersenyum, sekali memandang wajah Kenjuna, setelah itu Tulip tak memandang lagi wajah Kenjuna sampai Mobil Kenjuna sampai Monas. Tulip keluar dari mobil dan jalan menuju Monas. Kenjuna memarkirkan Mobilnya, lalu mengikuti Tulip ke depan Monas.

        "Bagus ya. Monas! Kokoh! Tulip mendangak ke atas melihat ketinggian Monas." "Monumen Nasional, ini dibangun mengenang perjuangan rakyat Indonesia merebut kemerdekaan. Dibangun sejak tahun 1961-1975, juga sebagai lambang kebesaran, Tulip mengeluarkan segala pengetahuan sejarahnya tentang Monas." "Aku juga melihat kekokohan Monas pada dirimu, Tulip. Tetap tegak walau musim tak bersahabat mencoba menggoyahkanmu. Kamu tahu itu tak mudah, tapi kamu bertahan sebab kamu yakin ikatan yang tengah kamu bangun sekarang akan berhasil sampai garis finish, Kenjuna mencoba menterjemahkan Bahasa hati Tulip yang tak diunggapkan, namun Kenjuna peka dan menterjemahkan lewat sebuah kata."

       Air mata Tulip hampir menetes, secara cepat Tulip memalingkan wajahnya ke arah lain agar air mata yang Tulip tahan tidak jatuh. Dalam hati Tulip kenapa Kenjuna yang lebih paham dan teliti tentang perasaan yang tengah Tulip alami saat ini. Setelah Tulip bisa menata perasaannya, akhirnya Tulip menatap Kenjuna dan tersenyum manis pada Kenjuna. "Kamu orang tulus Kenjuna. Terimakasih sudah mau menemaniku, Tulip berkata sambil melemparkan senyum pada Kenjuna untuk menutupi kesedihan hatinya karena gonjang ganjing rumah tangga yang Tulip alami beberapa bulan ini yang paling parah adalah tadi malam yaitu pertengkaran Tulip dengan Utama suaminya, sebelum Tulip bertemu dengan Kenjuna."

           "Bolehkah aku memelukmu. Kenjuna! Tanya Tulip pada Kenjuna." Kenjuna terdiam sebentar, agar tak menampakkan ketidak karuan hatinya, karena Tulip ingin di peluk oleh kenjuna. Tulippun langsung memeluk Kenjuna. Detak jantung Kenjuna yang coba dia sembunyikan dari Tulip, berdebar sangat kencang karena Tulip tiba-tiba memeluknya. Tangan Kenjuna pun tanpa sadar mendekap erat Tulip yang ada dipelukkannya.

           "Kenapa detak jantungmu terdengar? Apa aku kuntilanak, kayaknya jantungmu berdebar-debar seperti melihat makhluk halus? Tulip berbicara dipelukkan Kenjuna sambil mengajak Kenjuna bercanda dengan wajah polos Tulip." "Bisakah kamu memelukku lebih lama, Tulip? Kenjuna meminta agar pelukkan Tulip tak segera Tulip akhiri." "Detak jantungku tak bisa menipu siapa pemilik hati ini. Wajahku bisa aku setting biasa saja, mulutku bisa aku perintahkan untuk tak berucap, tapi hatiku tak bisa aku sembunyikan, Tulip, Kenjuna sambil berbicara lirih di telinga Tulip."

          Tulip lalu langsung melepaskan pelukannya pada Kenjuna setelah mendengar kata-kata Kenjuna di telinganya. Tulip memasang wajah seperti tak mendengar kalimat yang Kenjuna utarakan saat mereka berpelukan dimana tak pernah Tulip bayangkan kalo Kenjuna mengatakan hal sedekat ini. "Sory aku tadi memelukmu, Kenjuna, Tulip menatap wajah Kenjuna seperti berkata lupakan pelukan konyolku dan hapus kata-kata yang kamu utarakan tadi." "Kayaknya aku harus balik. Makasih udah mau menemaniku hari ini, sebagai teman lama. Aku tak usah kamu antar, aku akan pulang pakai taksi online, Tulip menjaga jarak dan mengutarakan kalo dia akan pulang tanpa meminta Kenjuna mengantarnya."

          "Tulip aku akan mengantarkan kamu pulang! Aku mohon. Ada yang aku bicarakan padamu. Janji gak akan sampai malam kita akan sampai, Kenjuna mencoba mencegah Tulip yang ingin pulang tanpa bareng dengan Kenjuna." Karena melihat wajah Kenjuna yang terlihat memintanya dengan tulus akhirnya Tulip setuju dengan keinginan Kenjuna. Merekapun masuk kedalam mobil yang akan mengarahkannya ke rumah Tulip.

           "Oke...makasih. Sudah mau mengantarkan aku ke Monas dan juga pulang, Tulip mencoba memecahkan kekikukkan yang terjadi agar segera mencair." "Aku yang mau mengantarkanmu. Jadi jangan merasa gak enak, Kenjuna bicara agar Tulip tak merasa merepotkannya." "Sebenarnya saat perpisahan sekolah SMU. Aku mencarimu Tulip, tapi kamu tak datang saat itu. Aku juga sempat kehilangan berita tentangmu. Aku gak menyangka bahwa kamu bisa membuat dirimu seperti ditelan bumi. Aku mulai menanyakan dirimu ke teman-teman terdekatmu dimasa SMU seperti ke Dina. Tapi tak banyak cerita tentangmu setelah SMU, Kenjuna bicara sambil melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, dengan sesekali melihat wajah Tulip."

           Tulip hanya tersenyum melihat wajah Kenjuna yang duduk disampingnya sedang menyetir mobil. "Bukannya emang aku gak pernah ada yang mengenalku di SMU, canda Tulip pada Kenjuna untuk mengaburkan perasaan grogi saat Kenjuna bebicara tentang dirinya." Kenjuna menyetir dan memberikan jeda waktu sunyi sebelum menjawab pernyataan Tulip.  "Aku juga tahu sedikit dari Ahmad bahwa kamu ke Surabaya, untuk kuliah. Aku ingin mencarimu, tapi aku urungkan keinginanku. Karena aku belum yakin akan perasaan yang aku rasakan waktu itu, Kenjuna masih berusaha mengutarakan perasaannya yang seharusnya Kenjuna utarakan di 15 tahun yang lalu."

          Tulip diam mencoba mencerna apa yang barusan dia dengar, tapi Tulip berusaha membolak balikkan hatinya bahwa ini tak benar, dengan memikirkan kata- kata apa yang akan dia utarakan pada Kenjuna agar Kenjuna tak melanjutkan perasaan ngawurnya itu. "Halah. Aku ini temanmu kok masih aja ada sungkan. Kita teman, santai gitu loh Kenjuna ama aku. Jangan terlalu serius. Kan kita teman dari SMP, kata-kata Tulip berusaha menggagalkan agar Kenjuna tak meneruskan pembicaraan manis tapi di waktu yang sudah lewat dan momen yang salah."

       Kenjuna melirik wajah Tulip yang kelimpungan berwarna merah tapi coba di sembunyikannya dengan wajah yang datar. Namun Kenjuna tak peduli dengan keadaan yang coba Tulip tampikkan, terhadap perasaan Kenjuna pada Tulip. "Waktu tak membuat perasaan 15 tahun itu hilang. Hatiku ini condong kearah orang yang sama, yaitu kamu. Aku ingin menyampaikan kejujuran hati ini dihadapan pemiliknya. Aku tahu keadaan tak bisa membuat waktu ini mundur kebelakang, aku sadar dan yakin tentang hatiku. Aku tak meminta pemilik hatiku untuk memilikiku, karena aku paham bahwa dia sudah memiliki cinta sempurna dihatinya, Kenjuna tetap memasang wajah serius lalu melipirkan mobilnya ke pinggir jalan."

             Kenjuna merapatkan mobilnya di pinggir jalan raya, dekat trotoar. Lalu melihat Tulip yang wajahnya kaku serta lempeng memandang ke arah depan dibalik kaca mobil tanpa memandang kearah Kenjuna. Kenjuna memandang lama wajahnya Tulip dari samping. "Apa kita gak papa nih melipir dipinggir jalan begini? Apa jalanan gak macet karena mobil kita di pinggir jalan? Wajah Tulip nampak gugup namun dia coba tahan kegugupannya atas kata-kata Kenjuna padanya barusan Tulip dengar hingga membuat hatinya berdetak morat marit."

            Dalam hati Tulip berkata, "Perasaan apa ini? Perasaan aman, nyaman, lembut, bahagia, merasa dispesialkan, perasaan syahdu mengena dalam hati, tapi aku tak boleh merasakan hal ini. Walau ini perasaan yang hatiku butuhkan saat ini. Namun ini tidaklah benar,karena kesedihanku, masalahku dengan Utama membuat aku merasa perasaan Kenjuna adalah tetesan embun di pagi hari yang mengingatkanku bahwa aku ini adalah seseorang yang beruntung karena dipertemukan oleh seseorang yang menganggap bahwa Tulip hal  terpenting di hati dan hidup Kenjuna selama ini, tanpa aku tahu dan sadari."  

          "Apapun wajah yang kamu tampakkan itu bukan apa yang kamu rasakan dalam hatimu saat ini. Aku bukan orang yang selalu disampingmu. Tapi aku orang akan selalu ada saat kamu membutuhkan hati yang tulus. Kita memiliki dunia masing-masing, jadi jangan takut pada perasaanku, aku tak akan menghancurkan duniamu dan duniaku demi seseorang yang menguasai hatiku sejak dulu, Kenjuna mencoba menterjemahkan kebingungan Tulip yang Kenjuna tangkap dengan hatinya."      

       "Oke. Sebenarnya aku coba pahami dulu perkataan demi perkataan yang kamu lontarkan padaku, Kenjuna. Kita tak pernah ada ikatan pacaran waktu SMP dan SMU. Kamu juga tak pernah memperlihatkan perasaanmu seperti yang tadi kamu ungkapkan padaku, saat kita di satu sekolah yang sama. Jadi aku tak bisa menamakan ungkapan hatimu apa, di dalam hatiku ini. Dan yang kamu ungkapkan itu, sekarang di waktu hatiku juga dalam keadaan tidak jernih, serta perasaanku ini tak bisa lagi memilih siapa yang berhak memilikinya seperti sebelum aku menikah, karena memang aku telah menikah pasti tentunya hati ini milik suamiku, penjelasan Tulip pada Kenjuna yang coba Tulip uraikan agar Kenjuna paham, dengan perasaan sesak dan tetes air mata tanda menghargai rasa tulus Kenjuna padanya, namun tak bisa Tulip balas rasa tulus Kenjuna, sebab Tulip sudah mengikatkan hatinya pada suami yang coba Tulip cintai dengan segenap hati dengan segala kelemahannya yang ingin Tulip pahami, tanpa menggantinya."

       "Dulu dan sekarang aku hanya tahu kamu adalah sebatas teman. Ungkapanmu tadi, lebih baik kita namakan rasa sayang terhadap teman. Sebab aku tak mau, dengan ungkapan hatimu yang tulus serta perasaanku yang lagi amburadul ini menjadi perasaan yang bisa aku jadikan pelarian dan aku tak bisa. Biarlah keadaan tetap seperti semula, dan terimakasih atas ungkapan hatimu padaku, kamu adalah teman tersayangku, Tulip menatap mata Kenjuna dengan penerimaan rasa sayang hanya sebatas teman."

       "Sudah aku prediksi kamu akan menjawab itu. Namun tak papa, yang penting aku sudah mengutarakan hatiku yang sebenarnya bahwa kamu adalah satu-satunya orang yang selalu ada dan akan tetap ada dihatiku sampai kapanpun. Dengan kamu tahu tentang hatiku. Maka ketahuilah usahaku dan langkahku akan selalu condong padamu, walau kamu tak bisa aku miliki, Kenjuna mengakhiri pernyataan hatinya pada Tulip dengan kata mustajab agar bisa masuk ke relung hati Tulip, dan bahwa Tulip adalah kuncian hatinya sekarang dan selamanya."

       Kenjunapun mengemudikan mobilnya yang masih dipinggir jalan serta mesin yang masih nyala, ke arah Rumah Tulip. "Kenjuna. Makasih. Maaf, Tulip menatap Kenjuna yang sedang menyetir mobil mencoba menghargai perasaan Kenjuna padanya yang tak bisa dia balas karena memang keadaan yang membuatnya terpenjara akan kejujuran hati Tulip, Bahwa sebenarnya pernyataan Kenjuna membuat Tulip merasa Jatuh cinta lagi, tapi  tak bisa Tulip ekspresikan pada Kenjuna."  

         "Kamu yang dulu dan kamu yang sekarang sama! Sama-sama aku kagumi. Tak ada yang berubah darimu, Tulip. Kamu adalah cewek misterius yang selalu membuatku terkejut, dengan sikap, pola pikir dan cara mencintaimu yang luar biasa tak bisa aku tebak, Kenjuna mencoba agar Tulip tak merasa bahwa penolakan Tulip adalah hal jahat bagi dirinya."

          "Kenjuna. Pasti pasanganmu adalah orang yang paling bahagia, karena kamu tahu cara memperlakukan Perempuan agar hatinya bisa kamu ambil, Tulip menyahuti perkataan Kenjuna yang Tulip bisa rasakan bahwa perasaan Kenjuna benar-benar tulus pada dirinya." Mobil Kenjuna dengan kecepatan standart terasa cepat karena obrolan diantara Kenjuna dan Tulip membuat momen itu terasa singkat dan harus berakhir karena sampai di rumah Tulip.

         "Apa suami tak keberatan, aku mengantarkan kamu pulang? Apa suamimu Utama tak cemburu? Kenjuna menghentikan mobilnya dengan perasaannya yang mengkhawatirkan Tulip." Tulip melempar senyuman manisnya pada Kenjuna. "Suamiku ada di luar kota tugas kantor. Kemungkinan besok dia akan datang. Terimakasih atas ketulusannya, Tulip mengucapkan perpisahan di depan rumahnya ke Kenjuna."

       "Kalo aku berangkat nanti ke Maluku. Apa bisa kita berbincang lagi? Kenjuna meminta Tulip menemuinya untuk yang terakhir sebelum dirinya berangkat ke Maluku." Tulip yang berusaha turun dan akan menutup pintu mobil berdiri sejenak dan tersenyum. "Aku tidak bisa. Ini pertemuan kita yang pertama dan terakhir kalinya, Tulippun menutup pintu mobil Kenjuna dan menunggu mobil Kenjuna pergi dari depan rumahnya. Kenjunapun membuka kaca jendela mobilnya, agar bisa melihat wajah Tulip tanpa ada rasa amarah sama sekali atas penolakan Tulip dan malah tersenyum dan melajukan mobilnya secara pelan-pelan sambil melihat wajah tulip dari kaca spion meninggalkan rumah Tulip. 

****

3 BULAN KEMUDIAN.    

        "Bro udah siap kita berangkat kita ke Maluku? Kurang 6 jam lagi kita menuju kesana, Arip teman sekedinasan Kenjuna yang mengingatkan Kenjuna agar siap berangkat untuk penempatan tugas baru disana." "Ada yang tertinggalkah? Tanya Arip pada Kenjuna yang sepertinya gugup dan berat berangkat ke Maluku." "Ada. Hatiku sepertinya tertinggal disini, Kenjuna jawab dengan muka los tanpa mikir atas kata yang di ucapkan." "Hati siapa bro? bukannya istri ada di Manado? Arip bingung dengan kelinglungan Kenjuna."

        "Sory bro kurang air kayaknya aku ini, Kenjuna meralat jawaban gamblang keluar dari hati bukan logikanya." "Santai bro. Siapa emang yang kau bicarakan itu? Kayaknya dalem banget kayak galian sumur , Arip coba bercanda dengan Kenjuna agar meretakkan suasana yang kaku diantara mereka agar terlihat akrab sambil tertawa kecil." "Tak ada Bro. Hanya sempet teringat seorang teman yang dulu sebelum aku nikah, dia temanku SMP sampai SMU. Dia cewek yang lumayan aneh, tingkahnya random, seperti tak punya harapan atau masa depan, misterius, tapi yang ada di luarnya tak sekonyol apa yang dipikirannya, kata-kata itu keluar tanpa bisa di stop oleh pikiran Kenjuna."

       "Dia asli Jakarta? Begitulah bagian hati yang belum usai, lebih indah dari rasa kenyataan yang kita jalani sekarang. Masih kontak, kau bro dengannya? Arip mencoba empati dengan perasaan Kenjuna saat ini." Kenjuna senyum. "Ha....ha... kita udahi obrolan kengawuran kita, kita berangkat ke bandara daripada kita telat, Kenjuna menyudahi pembicaraan tentang Tulip antara Kenjuna dan temannya Arip, tanpa menjawab pertanyaan Arip tentang seseorang yang ada dipikiran Kenjuna."

          "Pagi. Tulip. Aku Kenjuna. Aku menunggumu di Bandara, aku senang jika kita bisa mengobrol sebentar, sebelum aku terbang ke Maluku, Teks WhatApp yang Kenjuna kirimkan pada Tulip." Kenjuna menunggu jawaban WhatApp dari Tulip namun WhatApp nya tak terjawab dan juga tak terbaca oleh Tulip. Sampai jam keberangkatanpun tak ada jawaban dari Tulip. Hp Tulip sepertinya sudah tak aktif lagi. "Bro. kita sudah waktunya boarding. Hati adalah milik kita, Tapi takdir adalah pilihan Tuhan. Jadi kita tak bisa mengubah Takdir sesuai keinginan hati kita. Kita hanya bisa menjalani yang takdir Tuhan berikan pada kita, Jawab Arip memborbardir kegalauan Kenjuna agar mengaktifkan logikanya atas sebagian hati yang memang di takdirkan untuk tak dimilikinya yang membuat hati Kenjuna tak pernah utuh." 

 **** TAMAT****

       

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun