Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kemuraman Jatuh, di Hati Malaikat

31 Agustus 2018   06:32 Diperbarui: 31 Agustus 2018   08:00 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Teruskanlah, teruskanlah

Kau begitu (Agnes Monica-Teruskanlah).

Embun di mata Silvi berubah menjadi hujan. Ia menari, seraya menyanyi dan menangis. Mantan model itu tak pernah kehilangan kemampuan koreografi dan aktingnya. Tapi, sungguh ini bukan akting.

Sedetik. Tiga detik. Lima detik, tanpa ragu Calvin menyusul Silvi. Ia sesuaikan gerakan tubuhnya dengan gerakan wanita kedua yang paling dicintainya setelah Nyonya Rose. Lupakah Silvi kalau Calvin juga mantan model? Walaupun tak setegap dulu, walaupun tubuhnya tak seproporsional dulu, tetapi kemampuan dan bakatnya masih melekat.

Mereka menari bersama di halaman depan. Koreografi memikat yang dibawakan Calvin Wan dan Silvi Gabriella Tendean. Seolah mereka sudah terbiasa, gerakan mereka begitu luwes. Dinamis, lincah, tanpa cela.

Improvisasi, biarkan saja begitu. Calvin berimprovisasi dengan menggendong Silvi ala bridal style.

"Turunkan aku, malaikat bodoh!" Silvi menjerit marah.

"Aku tidak akan menurunkanmu sampai kau memaafkanku."

"Aku tidak akan pernah memaafkanmu! Kau sudah keterlaluan!"

Betapa kagetnya Calvin mendengar ucapan tajam itu. Nyaris saja ia menjatuhkan Silvi. Benarkah begitu? Benarkah wanita jelita yang menempel di punggungnya ini takkan memaafkannya?

Kemuraman jatuh, jatuh di hati. Bukan ini yang diinginkannya. Hanya karena salah paham dan pembiaran, tak pantaskah ia mendapat maaf dari Silvi?

**    

Youtube

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun