Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kemuraman Jatuh, di Hati Malaikat

31 Agustus 2018   06:32 Diperbarui: 31 Agustus 2018   08:00 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kenapa kau tak juga memaafkanku?"

Silvi membelalakkan mata birunya. "Seharusnya aku yang tanya! Kenapa kau mengabaikanku, dan tiga kali tak mengangkat teleponku hari itu?!"

"Telepon? Telepon yang mana? Bukankah..."

"Hari saat kauantar Angel ke kapel, pada jam yang sama, aku meneleponmu! Tidakkah kau tahu itu, malaikat bodoh?!"

Calvin tertegun. Benarkah? Kemudian ia teringat. Sesudah menyanggupi permintaan tolong Rossie, ia langsung menonaktifkan smartphonenya. Hanya tak ingin diganggu, biar dia fokus membantu Rossie dan Angel tanpa intervensi.

"Calvin, kau tahu...aku terlalu menyayangimu." desah Silvi.

Bulu mata Calvin yang lentik bergerak. Apa lagi permainan Silvi? Katanya, Silvi menyayanginya. Tetapi...

"Aku tahu semuanya, walaupun saat itu aku sengaja tidak menjawab telepon Rossie. Aku tahu Rossie sedang butuh bantuan. Hanya ingin menguji seberapa responsif dan solidnya persahabatan kita. Ternyata, kamulah yang bergerak menolongnya. Kuawasi dari jauh, kulihat kamu kesakitan saat menggendong Angel ke mobil karena limpamu membengkak..."

Jadi, Silvi melihat semuanya? Kembali wanita itu menjelaskan sambil menahan tangisnya.

"Tak tega aku melihatmu. Kutelepon kamu...tapi, kaubalas kepedulianku dengan pembiaran! Kau malah bermain api dengan Rossie!"

Satu, dua, tiga, empat, lima titik bening berhamburan dari mata Silvi. Lebih banyak lagi kristal bening terjatuh. Silvi tergugu. Calvin sempurna terpagut dalam kekagetan dan kesedihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun