Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kemuraman Jatuh, di Hati Malaikat

31 Agustus 2018   06:32 Diperbarui: 31 Agustus 2018   08:00 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Begitu Silvi menghilang di kamar mandi pribadinya, Revan cepat-cepat turun ke lantai bawah. Tergerak hatinya menyiapkan sarapan. Sekaligus menebus tiga hari yang hilang.

"Revan...Revan, kamu dimana?" panik Silvi begitu menyadari sepupunya tak ada lagi di kamarnya satu jam kemudian.

Silvi berdandan dengan gelisah. Setelahnya ia terburu-buru menuruni anak tangga.

Tiba di lantai bawah, ia disambut harum roti panggang. Ia percepat langkah ke pantry. Sudah terduga, Revan berdiri di depan meja dapur. Kedua tangannya sibuk mengoleskan selai.

"Hei, udah selesai? Kamu mau selai rasa apa? Coklat, nanas, strawberry...?"

"Nanas aja gimana?"

Dengan telaten, Revan mengolesi selai ke lembaran-lembaran roti. Manik mata Silvi menatapi, kagum. Sepupunya ini bisa saja membuat hati meleleh dengan perhatian kecilnya. Mengapa pria sebaik Revan ditolak Ustadz fanatik?

"Nih, buat kamu. Yang ini buat aku. Time to breakfast." Revan menyerahkan piring keramik berisi roti panggang berlapis selai nanas.

Keduanya sarapan di taman belakang. Sengaja mencari suasana baru. Di ruang makan sudah biasa. Berganti spot tak ada salahnya.

"Kenapa sih, kamu suruh aku make up dan pakai baju rapi pagi-pagi gini? Hari ini kan aku nggak ke butik..." selidik Silvi.

"Ada yang mau ketemu kamu di sini." jawab Revan lembut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun