Ketika mereka sampai di depan rumah mereka, Eboni berhenti sejenak, lalu berbalik pada Gading.
“Mungkin kita butuh waktu,” katanya, hampir seperti pernyataan, bukan pertanyaan.
Gading mengangguk, meskipun di dalam hatinya dia tidak tahu apakah waktu akan memperbaiki segalanya, atau malah membuat mereka semakin jauh.
Malam itu, saat Gading berbaring di tempat tidur, dia memikirkan pasangan yang mereka lihat di museum. Pasangan yang terlihat begitu mesra, seolah-olah mereka adalah satu-satunya orang di dunia. Dan untuk pertama kalinya, Gading bertanya-tanya apakah mereka pernah ada. Apakah mereka hanya proyeksi dari cinta yang ingin ia dan Eboni pertahankan, tapi tahu bahwa itu mungkin sudah menghilang?
Eboni berbaring di sebelahnya, tetapi keheningan di antara mereka terus meluas, seperti museum yang sunyi. Gading menatap langit-langit, berpikir tentang lukisan-lukisan yang mereka lihat hari itu—tentang wajah Diponegoro yang penuh perlawanan, tentang potret diri Affandi yang penuh emosi. Dia bertanya-tanya apakah ada sesuatu yang bisa mereka pelajari dari karya-karya itu, sesuatu yang bisa membantu mereka menemukan kembali diri mereka.
Tapi tidak ada jawaban malam itu. Hanya keheningan, dan bayangan-bayangan yang terus menghantui.
Februari, 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI