Mohon tunggu...
M. Widi
M. Widi Mohon Tunggu... Hanya seorang wanita biasa

Ingin selalu menjadi manfaat untuk orang di sekitarku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Antologi Cerpen - Hati yang Menanti - Episode 1 Hai Daniel

4 Maret 2025   20:50 Diperbarui: 11 Maret 2025   06:16 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : Dokumentasi pribadi edited by canva

Sontak aku berjalan mendekatinya dan segera membekap mulutnya yang tidak terkendali itu. Bagaimana jika teman-teman Nathan mendengar teriakannya? Dasar makhluk pengganggu! Argh, apa sebaiknya kutendang saja dia sampai keluar dari planet ini?!

"Sstt.... Orang bisa mendengarmu!" ucapku dengan penuh kepanikan. Berjalan di dekatnya saja sudah bisa menimbulkan spekulasi yang bermacam-macam dari orang lain apalagi jika mereka mendengar kalimatnya barusan?

"Kamu cantik kalau marah, Els," ucap Daniel yang terdengar seperti kumur-kumur sebab telapak tanganku masih menempel pada mulutnya.

Sial! Ini sudah tak bisa dibiarkan lagi. Orang macam Daniel ini hanya mencari perhatian saja. Semakin aku marah maka ia akan semakin senang.

Aku menyadari bahwa jarak diantara kami sangat dekat sampai aku bisa melihat sepasang mata monolid miliknya. Bulu matanya cukup tebal dan melengkung ke atas. Bola matanya tidak hitam melainkan sedikit berwarna coklat terang. Jujur, dia memiliki daya pikat yang cukup lumayan tapi sayangnya tidak berlaku untukku. Astaga, apa aku sedang memujinya? Tidak mungkin! Kalau begitu aku harus cepat-cepat menjauh darinya sebelum hatiku bergetar. 

"Tinggalkan aku sendiri sekarang juga!"

Kalimat itu kuucapkan bersamaan dengan kakiku yang melangkah mundur. Berjalan mundur seperti itu bukanlah keahlianku. Sulit bagiku melihat sebuah batu yang entah sejak kapan muncul tepat di belakang tumit kiriku. 

Aku tersandung. 

Keseimbanganku hilang dan aku terhuyung ke belakang. Terpaksa kulepaskan buku kuliahku yang sejak tadi kuapit pada lengan untuk bisa meraih pegangan apapun yang bisa kupegang. Mereka berjatuhan di dekat kakiku. Sayang sekali aku hanya bisa menggapai udara. Dan aku, aku terjatuh. Tidak, tapi hampir terjatuh. Mungkin aku akan terjatuh seperti buku-buku itu kalau tangan Daniel tidak menangkap tubuhku dengan sigap. 

What? DANIEL MENANGKAPKU? Iyuh. 

Kurasakan jari-jemarinya menyangga tubuhku yang miring. Tepat di punggungku bagian atas. Beberapa ujung jari sepertinya menempel pada kulit lenganku. Melihatnya saja sudah membuatku sangat bergidik dan sekarang kulitnya harus menyentuh tubuhku? Ini tidak akan kubiarkan. Lebih baik aku terjatuh terjerembab daripada harus ditolong oleh manusia macam Daniel. Aku tak sudi kulitnya bersentuhan dengan milikku. Arghhh.....!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun