"Rumah terindah tidak dibangun dari bata dan genting, melainkan dari hati yang teduh, jiwa yang damai, dan diri yang terpelihara."
Rumah yang paling sejati bukanlah tembok dan genting yang berdiri megah di atas tanah. Melainkan ruang hening di dalam dirimu sendiri. Bila hatimu kotor, penuh resah dan keluh, maka rumah sebesar apa pun takkan memberi teduh. Bila jiwamu rapuh, maka istana pun hanya terasa sempit dan sesak.
Home, bukan sekadar house.
Tempat kembali, bukan sekadar tempat tinggal.
Tak perlu tergesa memburu karir, profesi, dan nama besar bila rumah batinmu masih gaduh. Baik oleh prasangka, atau pun oleh amarah. Sebab rumah impian tak pernah bisa kau dirikan di luar, sebelum kau membangunnya di dalam. Dirimu adalah rumahmu. Itulah pondasi pertama yang harus kokoh, agar langkahmu tak runtuh.
Rumah sejati adalah tempat jiwa bersandar, tempat gelisik hati bernaung, tempat harapan berteduh. Maka seimbangkanlah ambisi dengan kemampuan, serta usaha dengan kerendahan hati. Ambisi yang melampaui batas hanya akan menjeratmu dalam jeruji overthinking, membuat napasmu sesak, dan wajahmu letih.
Bangunlah rumah dirimu dahulu, baru setelah itu dunia akan terasa luas untuk engkau jelajahi. Sungguh, dunia ini jauh lebih luas dari yang engkau ketahui. Juga jauh lebih indah daripada yang selama ini engkau rasakan. Keduanya, hanya bisa engkau nikmati bila engkau sudah "selesai" dengan dirimu sendiri.
Halaman Depan
Halaman depan adalah reputasimu. Tempat pertama yang dilihat orang lain sebelum mengenal isi rumahmu. Rapikanlah ia, rawatlah dengan bunga keramahan dan tanaman kejujuran. Maka siapa pun yang lewat akan betah memandang, bahkan ingin singgah.
Teras
Teras adalah wajah dirimu. Dari situlah orang menilai apakah kau ramah ataukah muram. Senyummu, sapaanmu, tutur katamu, itulah kursi pertama yang kau suguhkan bagi siapa saja yang singgah.
Pintu
Pintu adalah hatimu. Ia menentukan siapa yang boleh masuk, siapa yang perlu kau jaga jarak. Jangan biarkan pintu hatimu selalu terkunci oleh dendam, atau terbuka lebar hingga siapa pun bebas melukai. Belajarlah bijak memilih tamu yang layak menetap di dalamnya.
Jendela
Jendela adalah matamu. Ia menatap dunia, memberi cahaya dan udara segar bagi jiwamu. Bila jendelamu tertutup rapat, duniamu akan pengap. Bukalah sesekali, biarkan angin pengalaman dan cahaya pengetahuan masuk menyegarkan pikiran.