Mohon tunggu...
M. Widi
M. Widi Mohon Tunggu... Hanya seorang wanita biasa

Ingin selalu menjadi manfaat untuk orang di sekitarku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Antologi Cerpen - Hati yang Menanti - Episode 1 Hai Daniel

4 Maret 2025   20:50 Diperbarui: 11 Maret 2025   06:16 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : Dokumentasi pribadi edited by canva

Ho ho ho, aku tersentuh. Bukankah itu harapanmu, tuan sok?

Ini bukan kali pertama aku mendengarnya menyatakan perasaan sukanya kepadaku. Seribu kali pun dia melakukannya, aku tak kan perduli. Dia ini kakak sepupuku yang secara kebetulan menjadi calon suamiku tak lama sejak ia kembali dari California. Aku hanya pernah mendengar namanya beberapa kali disebut di dalam acara keluarga yang diadakan setiap tahun tanpa pernah bertatap muka langsung dengan yang bersangkutan. Seperti layaknya orang lain yang tak kukenal, begitulah dia. Bagaimana bisa perasaan cinta tumbuh dengan latar yang sedemikian pendek begitu? Lalu, dengan seenak hati, mama bersedia menjodohkanku dengannya hanya karena tak ingin putus tali persaudaraan. Ini gila. Kupikir kisah Siti Nurbaya hanya ada dalam legenda namun kini akulah yang menjadi pemeran utama dalam kisah itu. 

Aku membetulkan letak buku Filsafat Ilmu yang ada di lenganku sebelum melangkah maju berusaha mengintimidasi pemuda tak tahu malu ini. 

"Ini peringatanku yang ke limapuluh. Dengar ya. Aku sudah punya Nathan, kau ingat itu? Jika kamu menyukaiku, itu masalahmu. Bukan masalahku!"

Sekarang aku bisa melihat ada seringai mungil pada ujung bibirnya. Apa ini lucu baginya? Memang sejak awal dia tidak pernah serius menanggapi kemarahanku.

"Biar saja dia pacarmu. Yang jelas, aku yang akan menjadi suamimu," jawabnya enteng. 

Argh.... Ini membuatku bertambah kesal. Ingin sekali aku membenturkan kepala bagian belakangnya agar ia sadar bahwa aku tak akan pernah bisa pindah ke lain hati semudah yang ia bayangkan. Aku mencintai Nathan dan selamanya tak akan pernah terganti.

"Kumohon, Dan, jangan ganggu aku lagi. Hidupku sudah cukup hancur sejak mengenalmu. Jangan kau tambah lagi dengan aksi-aksimu yang memalukan ini."

Jujur, aku kesulitan menemukan kata-kata yang tepat untuk mengganti kata terakhir pada kalimatku. Sebab, secara rasional, sikapnya terhadapku tidak termasuk ke dalam kategori kriminal. Selama seminggu ini ia hanya mengantar dan menjemputku ke kampus dengan paksaan, dia juga bersedia memenuhi kebutuhan tugas-tugas kuliahku tanpa kusuruh, lalu dia selalu mengirim pesan-pesan di ponsel menanyakan kabarku tanpa pernah ada satu pun yang aku balas. Sejauh ini, memang hanya itu kelakukan yang membuatku frustasi. Tapi rasanya berlebihan jika aku menyebutnya sebagai seorang kriminal sebab tak ada niatan jahat darinya. Dia hanya pengganggu. Ya, itu lebih tepat sepertinya.

"Asal kau tahu, aku sudah mencintaimu sejak lama," bualnya lagi.

"ELSA, AKU MENCINTAIMU!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun