Petugas pajak ditempatkan sebagai mentor, bukan sekadar pengawas. Mereka menerapkan prinsip-prinsip sistem among, khususnya Tut Wuri Handayani---memberi dorongan dari belakang. Dengan pendekatan yang persuasif, humanis, dan edukatif, banyak pelaku UMKM yang sebelumnya merasa takut atau enggan terlibat dalam sistem perpajakan akhirnya menyadari manfaatnya dan menjadi patuh pajak secara sukarela.
Bahkan, beberapa pelaku UMKM menjadi agen edukasi pajak di komunitas mereka. Ini menunjukkan kekuatan transformasi yang bisa dicapai jika edukasi pajak dilakukan dengan nilai dan pendekatan yang tepat.
Integrasi Nilai Among dalam Pelayanan Pajak
Sistem Among ala Ki Hadjar Dewantara menjadi sangat relevan dalam pelayanan perpajakan. Nilai-nilainya dapat diintegrasikan sebagai berikut:
- Momong (merawat): Petugas pajak bersikap ramah, mendampingi, dan tidak mengintimidasi wajib pajak.
- Ngemong (menjaga): Terus memantau perkembangan pemahaman wajib pajak dan memberi bimbingan yang konsisten.
- Nuntun (menuntun): Memberikan edukasi berkelanjutan serta membentuk kebiasaan taat pajak melalui pendekatan persuasif.
Pelayanan perpajakan yang berbasis nilai among ini akan menciptakan relasi yang lebih sehat antara negara dan warga. Wajib pajak tidak merasa terancam, melainkan merasa didukung dan dihargai. Efek jangka panjangnya adalah terciptanya sistem perpajakan yang stabil dan produktif.
BAGIAN VI. KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER PAJAK UNTUK PEMBANGUNAN NASIONAL
Pendidikan karakter perpajakan memiliki peran strategis dalam menopang pembangunan nasional. Sebagai negara yang terus berkembang dan menghadapi berbagai tantangan global, Indonesia membutuhkan sistem perpajakan yang tidak hanya kuat secara institusional, tetapi juga berakar kuat dalam kesadaran dan tanggung jawab moral masyarakatnya. Dalam konteks ini, perpajakan bukan hanya sekadar sarana pengumpulan dana, melainkan juga instrumen untuk membentuk etika warga negara.
Pajak sebagai Pilar Pembangunan
Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara. Tanpa kepatuhan pajak yang tinggi, negara akan kesulitan membiayai berbagai program publik seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur, hingga bantuan sosial. Oleh karena itu, peningkatan kesadaran pajak tidak hanya penting untuk mendukung kas negara, tetapi juga merupakan bentuk tanggung jawab sosial yang konkret dari setiap warga negara.
Pendidikan karakter pajak, jika ditanamkan dengan sistematis, akan menciptakan generasi yang tidak hanya memahami fungsi pajak secara kognitif, tetapi juga memiliki dorongan moral untuk berkontribusi.
Strategi Integratif Berbasis Pendidikan