Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Diskursus Kuasa

30 November 2022   22:13 Diperbarui: 4 Juli 2023   17:44 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Presiden Jokowi di salah satu acara (Sumber gambar: kompas.com)

Hasrat dibalik rezim kuasa beroperasi secara pelan-pelan dalam kesenyapan yang menikung dan meninabobokkan pikiran, gestur, dan pendapat.  

Karena itu, diskursus dengan mengambil wujudnya yang terbuka dan netral merupakan daya pikat melalui hasrat, dimana hasrat yang menggelora akan melucuti dan menenangkan politik yang panas dan menegangkan bahkan melembutkan kekerasan politik.

Hasrat dan kuasa dalam diskursus meletakkan dirinya menjadi ruang yang istimewa hingga menerobos permainan politik dari beberapa kuasa yang berbahaya.

Boleh saja Anda mengatakan diskursus lebih nampak dari satu perhitungan kecil, tetapi pelarangan atas diskursus amandemen konstitusi (UUD 1945) juga bukan zamannya.

Karena itu, hasrat dan kuasa selalu mengatasinya dengan pengulangan yang sering tidak terelakkan dalam pembicaraan secara terbuka di ruang publik. “Saya mengatakan diskursus yang melibatkan hasrat dan kuasa tidak dapat melepaskan dirinya dari kawan tanding yang saling menantang, saling memikat dan saling merangsang antara satu sama lain.”

Sehingga kesempatan bagi hasrat dan kuasa lebih luasa bergerak dalam diskursus. Mengapa tidak? Kehidupan pribadi kita betul-betul tertantang.

Setelah bergulirnya diskursus sesuai pergerakan arah jarum jam, maka tanpa menyesal untuk mendorong pembahasan mengenai diskursus pemilihan Presiden melalui MPR. Diskursus masa jabatan Presiden selama tiga periode ternyata berangsur-berangsur memasuki pengingatan kembali atas alasan bahasa politik dari fraksi pendukung dan fraksi penentangnya.

Memang patut untuk diwaspadai, bahwa semangat ‘langkah mundur kembali ke sejarah orde sebelumnya’ telah dilupakan oleh hasrat untuk kuasa. Sebagaimana capaian kinerja Reformasi 1998, masih ada hal-hal yang mengecewakan termasuk diskursus Presiden dipilih oleh MPR dan masa jabatan Presiden selama tiga periode.

Diskursus kuasa memang tidak bisa dijamin membuat lebih jelas dan pasti. Tetapi, ada diskursus kuasa juga tidak bisa "diawetkan" lama. Diskursus pemilu ditunda dan tiga periode memang telah merenggut amanah reformasi. 

Akibatnya, tidak ada yang lebih menarik ditonton kecuali Drakor atau ikuti perkembangan seleb sekelas Raffi Ahmad di medsos.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun