Mereka tidak memiliki alasan apapun untuk melindungi dirinya ketidakhadiran kepentingan politik hanya karena tidak tersalurkan hasratnya melalui diskursus yang cukup menyita waktu. Apa yang dapat kita katakan disini, bahwa obyek hasrat untuk melindungi kepentingan politik yang lain bersumber dari obyek hasratnya itu sendiri.
Boleh saja seseorang malang melintang dalam dunia politik, tetapi obyek hasratrnya untuk berkuasa tidak dapat direpresentasikan semata-mata oleh obyek hasratnya yang sama, sehingga mereka dengan pembenaran untuk memuaskan hasratnya melalui obyek lainnya.
Bekerja untuk kepentingan pribadi atau kelompok tidak pula merepresentasikan khayalan yang tergambarkan dalam obyek hasrat. Bekerja untuk dirinya tidak berarti sebagian hasratnya direpresentasi dalam kepentingan masyarakat luas sebagai keseluruhan.
Ada mungkin baiknya, kita sedikit mengambil pernyataan yang tidak masuk akal. Misalnya, ada sang A tidak terpenuhi kepentingannya untuk mewujudkan mimpi dan khayalannya, maka ada seorang C yang dapat membantu menyalurkan hasratnya dengan mencoba memainkan suatu permainan diskursus kuasa, diantaranya mengenai pendidikan gratis dan perizinan berbicara bebas (B). Disitulah mekanisme kuasa bekerja dengan mata yang tersembunyi.
Kepentingan tertentu tercapai atau tidak dimainkan dengan mekanisme pembatasan dan pengendalian atas ketidakhadiran hasrat untuk berkuasa dari pihak lain.
Dari kuasa ke hasrat menjadi relasi timbal-balik. Mungkin, orang tidak peduli tentang ada kelenyapan kepentingan diri dan kelompok dengan atas nama kepentingan bangsa dan negara sesungguhnya dan bagaimana cara untuk mengubah hasrat yang menggelincirkannya dalam diskursus.
Kata lain, orang-orang akan memaksimalkan kerjanya dengan cara mengubah hasratnya menjadi lebih nyata sebagai kuasa sangat penting memasuki diskursus.
Hasrat dan kuasa tidak saling bergantung antara satu dengan lainnya. Penggunaan diskursus tidak diletakkan dalam posisi apa-apa yang dihasratkan atau dikuasai. Ia mengarah pada relasi bolak-balik antara hasrat dan kuasa.
Takkala kuasa dipahami tidak untuk memengaruhi hasrat atau sebaliknya, melainkan keduanya saling memengaruhi satu dengan lain.
Hasrat tidak dibatasi oleh kuasa, begitu pula sebaliknya. Keduanya tidak dipengaruhi oleh hal-hal yang terjadi dalam dirinya sendiri, kecuali dari luar dirinya sendiri.
Orang-orang tidak pernah menghasratkan hal-hal yang dihasratkan di luar dirinya, kecuali kepentingan pribadi dan kelompoknya secara politis.