Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Lyotard dan Narasi Besar

16 November 2022   09:05 Diperbarui: 20 Juni 2023   15:46 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Narasi Besar, G20, dan Kita (Sumber gambar : detik.com)

Pemikiran modern mengandalkan pada petanda transendental yang menggelikan dan capaian pengetahuan serba kalkulatif. Tetapi, di bawah kerangka filsafat metanaratif Lyotard, petanda transendental dan capaian serba kalkulatif ditata ulang. Hal lain juga tidak bisa disangkal, bahwa subyek (nalar, lisan) diusahakan tidak turut campur untuk menstabilkan makna dengan menampilkan pemikiran fenomenologis belaka.

Mengikuti pasangan fenomenologi dan metanaratif, Lyotard telah menemukan titik terang setelah makna baru dan berbeda mengakhiri subyek yang berbicara lantaran kepleset dalam makna sudah kadaluwarsa seiring narasi teks pengetahuan yang kehilangan makna transendentalnya. 

Keterbatasan dirinya justeru lebih memperhatikan permasalahan melebihi kekuatan ilusi karena permainan bebas tanda yang mensolidkannya. Kita lantas menemukan kesulitan untuk memahami 'Narasi Besar' (Grand Narrative) sebagai akibat dari kekacauan nalar atau kerapuhan modernitas. Kita seakan-akan menemukan pemikiran baru mengenai narasi-narasi kehidupan di waktu yang lain akan dijalani, luput dari rezim narasi besar yang melegitimasi ilmu pengetahuan.

Setelah melepaskan beban struktural sebelumnya, maka tibalah kita pada hubungan yang menandakan lika-liku kehidupan dan pemikiran tentang 'realitas baru' dengan apa yang disebut posmodernisme yang tidak hanya berhilir-mudik di Perancis, Eropa atau Amerika, tetapi juga di Indonesia. Lebih mujur lagi, apabila kita mengetahui, bahwa posmodernisme mengucapkan 'selamat tinggal' pada modernisme, sehingga kita menemukan puing-puing dari rasionalitas di tengah sebuah narasi yang kuat dari yang lain dalam kehidupan. 

Narasi besar mungkin lebih sulit dibayangkan, dimana narasi yang lain dibawahnya bertebaran dimana-mana. Narasi yang satu akan muncul dan lenyap bersamaan narasi lain yang mengelilingi di sekitar kita. Ia muncul dari segala arah dan lenyap entah kemana.

Kita tidak mampu menangkap apa makna perbincangan mengenai narasi besar dan seluruh kewaspadaan kita pada posmodernisme. 

Meskipun kata-kata itu penting, kita malah seringkali menggerutu tentang istilah narasi besar dan relasi-relasi yang membentuknya. Ataukah kita masih perlu mengajukan kembali pertanyaan mengenai narasi besar.

Untuk itu, saya  meringkaskan catatan tidak penting. Saya kembali pada istilah narasi besar secara terbuka bagi yang lain untuk menyanggah dan bahkan meninggalkannya. Karena saya dan Anda tidak mampu menjelaskan secara rinci, kecuali kesempatan ini hanya dijelaskan secara garis-garis besarnya.

***

Apa itu narasi besar? Menurut sebagian pendapat ahli, bahwa narasi besar adalah suatu cerita besar dengan segala alur, retakan, celah, dan patahan memiliki legitimasi dalam kehidupan dan pemikiran di bawah rezim universalitas, penyatuan, dan totalitas. 

Begitulah, sosok Lyotard telah melegitimasikan dirinya melalui suatu gagasan baru mengenai penolakan atas narasi besar bersifat total, universal, dan ambigu dari ilmu pengetahuan dan kebenaran lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun