Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Lyotard dan Narasi Besar

16 November 2022   09:05 Diperbarui: 20 Juni 2023   15:46 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Narasi Besar, G20, dan Kita (Sumber gambar : detik.com)

Dari hasil tulisan virtual tidak hanya membantu ingatan, tetapi juga ilusi atau kelupaan. Pergolakan hasrat akan permukaan tubuh akan mengosongkan ilusi. 

Ia menyebar kembali melalui buku dari teks erotis. Jemari, tangan, mata, pikiran, dan medium bermain dengan modulasi, interval, dan lintasan memasuki realitas virtual.

Pada titik tertentu, ilusi kebenaran tidak muncul sebagai narasi dari pernyataan dan aksioma, sisi kehampaan dan permukaan, melainkan dari daur-ulang panggung, teater, tontonan, dan teks-teks yang disenangi.

Lain halnya, para teroris atau pembeo layaknya bintang porno yang dipertontonkan melalui media massa. 

Suatu hal masih penting kita ucapkan, bahwa beginilah ketidakngelanturan bahasa dan berpikir logis, yaitu keseronokan absolut yang melampaui kengelanturan retoris. 

Kemudian, tidak diragukan, bahwa hal-hal yang tidak terpikirkan melawan 'produksi ketidaksahihan' untuk mengontrol sesuatu dari pergerakan ilmu pengetahuan.

Setiap titik akhir tanda dari kebenaran diala legitimasi pengetahuan ilmiah diubah oleh kata dan benda-benda seiring diskursus ilmu pengetahuan ditandai diskursus kuasa dan legitimasinya sendiri ditopang dengan tubuh dan seksualitas.

Dunia pada akhirnya akan tetap berada dalam rangkaian pergerakan jemari, mata, hidung, dan medium lainnya yang bermain dengan modulasi, interval, dan lintasan lain memasuki realitas baru. 

Sedang aktualitas terperosok kedalam "retakan" dan "lubang" melalui konsep tentang realitas, dimana titik koordinatnya menghilang dalam celah baru yang tidak terlihat. 

Wujud virtual tanpa ilusi. Apa itu virtualitas? Disitulah arus hasrat, tubuh dan kegilaan sebagai diskursus kehidupan, konsep, rujukan, atau perubahan teracak keluar dari luapan kekerasan teks.

Sebaliknya,  bentuk permainan acak akibat dari 'kekerasan pikiran'. Narasi politik di balik tembok dan detak jam dinding yang ditemukan dari sudut pandang seseorang berubah menjadi penggalan yang kacau, celah semakin luas, dan retakan yang bertambah besar. Rekan-rekan ngobrol masih menempatkan diri sendiri dalam babak terakhir dari perubahan atau penandaan, kecuali ilusi dari realitas memerosotkan sistem pengetahuan yang dibangun oleh ego-Cogito dari berabad-abad lamanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun