Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Begitu Melimpahnya Ruang yang Berbeda

14 November 2022   12:55 Diperbarui: 30 Mei 2023   18:06 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi melimpahnya ruang yang berbeda (Sumber gambar : wordpress.com)

Malam Kamis, ibunda dari anak-anak tiba-tiba mulai berfirasat aneh. Atau mungkin ada getaran rindu pada anak-anak, terutama anak kami yang kedua, laki-laki, kelas dua SMP. Mumtaz, panggilan anak kami.

Memang, sekitar tiga pekan lamanya kami tidak menjenguk ketiga anak kami di pondok pesantren, yang jaraknya lebih 90 km dari rumah kediaman kami.

Paling tidak sekali sebulan kami menjenguk anak-anak. 

Karena ada kebijakan liburan kurang dua pekan, kami langsung merencanakan untuk menjenguk sekaligus menjemput anak-anak di pondokannya.

Sebelumnya, terbaca di layar grup WhatsApp orang tua. Ternyata, ada sebagian orang tua santri menjemput anaknya di pondok karena sakit. Ibundanya anak-anak membatin. Apakah anakku yang laki-laki tidak sakit? 

Cukup lama ibundanya anak-anak menunggu kabar lewat ponsel. Ibundanya anak-anak mencoba untuk menghubungi pembinanya. Katanya, nanti hari Jumat bisa menghubungi anak-anak. Ok, saya iyakan. 

Hari Jumat, anak kami yang laki-laki menelpon (via ponsel). Berlangsung percakapan seadanya. "Sakitka bunda," tuturnya dengan suara agak loyo. Kata bundanya: "Sakit apaki nak?" "Demam naik turun bunda," jawab si anak lelakiku. "Coba pergi minta obat di poliklinik," ujar ibunda. "Jarang terbuka bunda," ketus anak lelakiku. "Ambil madu sama adikmu di pondok puteri," saran mendesak dari ibundanya. Sekedar info, pondok puteri letaknya satu kompleks dengan pondok putera. Cuma dipisahkan oleh tembok antara keduanya.

Terus, ibu Hikmah, wali kelasnya yang memfasilitasi pengambilan madu di tangan adiknya, Nida namanya.

Setelah si anak lelakiku yang sakit ngobrol via ponsel, gilirannya lagi Haya dan Nida, si sulung, si bungsu berceriwis ria dengan ibundanya, juga via ponsel. Syukurlah, kedua anak kami cerah ceria dengan ekspresinya yang berbeda karena lucu dan gemas.

Namun, malam Sabtu, kiriman foto si lelaki anak kami yang sakit dari pembinanya. Air mata ibundanya tidak berbendung, berkucuran lantaran sedih melihat anaknya yang sakit. Lalu, kami pun punya inisiatif untuk bersiap-siap menjemput anak-anak di pondoknya. Mumpun cuaca bersahabat, Sabtu malam kami meluncur ke Kota Makassar.

Intinya, ada gelembung rindu yang terpendam dan limpahan kasih sayang yang tidak terkira dari orang tua pada anak-anak.

Ruang batin kami membisikkan dengan tajam dan jernih sejernih-jernihnya yang dimilikinya membuat rindu dan sayang menggapai-gapai dari kejauhan. Ruang yang berbeda, tetapi sebatin antara kami orang tua dan anak-anak.

Saya teringat dengan saran dari seorang senior di grup WhatsApp. Dia mengatakan agar sering berkomunikasi dengan anak-anaknya dalam sepekan. Apalagi terpisah jarak yang jauh antara orang tua dan anak-anak. 

Petuah senior kami sebagai resep mujarab. Biar pun berkilo-kilo jauhnya, berlapis-lapis gunung mengantarai anak-anak dengan orang tua, tetapi kalau batin atau nurani saya dan isteriku menembus bumi dan jarak tempuh berhari-hari dan berbulan-bulan pun tidak merintanginya. Saya percaya hal demikian. Khusus, batin seorang ibu luar biasa. Ibu punya "indera keenam", bahkan lebih dari itu. Merinding bulu kudukku saat menyebutnya.

Seusai catatan singkat ini, ada sudut pandang yang lain mengenai ruang yang berbeda. Dari berbagai penjuru kita bisa melihat, merasakan, mengalami, merenung, dan memikirkan tentang melimpah ruahnya ruang di sekitar kita. Baik secara abstrak maupun nampak konkrit tidak terpisahkan dengan yang lain dalam ruang. 

Untuk catatan setelah ini, agak berkelok-kelok dan kata-katanya, maaf kurang jelas apa yang dimaksudkan.

***

Cuilan tersebut di atas berbeda dengan catatan berikut ini. Saya cukup sulit melupakan, bahwa tantangan besar dunia di abad keduapuluh satu adalah rangkaian kepenuhan dan patahan, ketumpang-tindihan dan kenetralan, ketidakstabilan dan keterbalikan, permukaan dan kedalaman, keteracakan dan kelimpahan menjadi pernyataan atau tema yang tidak terelakkan. 

Dalam kaitannya dengan hal tersebut, ruang yang berbeda memengaruhi keakraban-keakraban, yang selanjutnya akan berubah pada perbedaan yang lebih jelas. 

Ruang batin melampaui ruang lain, sehingga keakraban yang membedakan antara rindu pada anak dan rekan kerja.

Sebuah tanda keakraban yang dipadatkan melalui media (foto bersama, video call antara orang tua dan anak-anak) dari penampakan ruang yang terpisah secara fisik dengan ruang batin. Tubuh diterobos oleh batin.

Di sekitar permukaan kata-kata dan benda-benda disusun dengan tanda dan akhir dari bentuk lahiriah yang mendekati ruang batin, wujud yang disusun sesuai ciri-ciri dan nama berbeda saling silang dengan identitas dan jenis yang mirip. 

Apa yang mirip dan yang berbeda dalam ruang?

Meskipun secara tidak langsung mengarah pada berbagai paradoks secara diam-diam telah kita kenali, tetapi tanda-tanda muncul dalam ruang yang tidak terpikirkan menandai lebih di luar dirinya sebuah ketidakhadiran pembatasan, menggantikan kedudukan benda-benda yang berbeda dan yang mirip.

Saya juga tidak habis pikir, mengapa ada 'ruang yang tidak terpikirkan' dimaksudkan adalah tanda dan jejak yang tidak terlihat tanpa distel sedemikian rupa? Nah, istilah despasialisasi ruang adalah ruang yang tidak terpikirkan dan merupakan titik tolak pergerakan dari utopia ke heterotopia ruang.

Bentuk ruang apa lagi ini. Saya sadar, memang ada ruang yang hanya dilihat dari permukaan benda-benda secara telanjang merupakan ruang yang diinderai atau ruang perseptual. Tetapi, ruang murni yang membuat seseorang terus-menerus bergairah untuk berpikir yang tidak terpusat hingga mempertimbangkan kembali tentang kemungkinan ruang yang berbeda muncul diantara ruang yang mirip dan benda-benda menyatu dalam satu identitas disebut dengan ruang intelaktual. Keduanya, ruang perseptual dan ruang intelektual akan mengarah pada suatu pembentukan ruang pengetahuan. 

Dalam pembagian ruang yang membuat ketidakjarakan ruang umum dan ruang pribadi, meninggalkan ruang yang homogen dan tunggal lebih dilibatkan suatu lapisan bahasa atau jaringan pembicaraan secara intim yang masih merujuk pada ruang libidinal. 

Semuanya itu sebagai akibat dari perbedaan yang bersifat internal, tetapi bukan ruang konseptual (seperti ditunjukkan dengan tatanan paradoks dari objek atau benda-benda asimetris menopengi benda-benda simetris). Berbeda halnya dengan kenampakan ruang dinamis lebih ditentukan dari masing-masing sudut pandang pengamat yang terikat pada ruang tertentu, bukan dari kedudukan eksternal yang menandai obyek.

Ruang tanda melibatkan dirinya melalui heterogenitas setidaknya dalam cara yang berbeda. Pertama, pada objek dan benda-benda yang memancarkan dan membentuknya yang lain. Tentu saja, pada tingkat yang berbeda seakan-akan orang-orang mengalami peristiwa dari benda-benda berada dalam urutan ukuran atau ruangnya sendiri yang berbeda di mana tanda muncul sekejap. Kedua, dalam diri mereka sendiri, karena suatu tanda yang menempati ruang akan menyelubungi ‘objeknya sendiri’, bukan obyek lain.

Dalam batas-batas objek yang dimilikinya, dan menjelma menjadi kekuatan alam. Yang terakhir, dalam perbedaan yang mereka peroleh, dalam tanda-tanda bergerak ke arah tanda-tanda baru. 

Karena itu, setiap pergerakan benda-benda hanya menanggapi pada apa yang ‘menyerupai’ tanda yang sesudahnya muncul dalam peristiwa. Kita hanya dapat mengisi ruang, bukan ‘membentuk’ atau ‘menyebarkannya’. Dalam pengulangan peristiwa yang berbeda. Setiap saat kita mengisi ruang, maka ruang yang silih berganti segera membentuk dan menyebarkan dirinya. Keanekaragaman bisa membantu ruang untuk membentuk dan menyebarkan dirinya agar keluar dari sisi samar-samar, yang membuat seseorang akan mengisi dan memadati dalam keadaan telah tersebar.

Saya tidak ingin larut dalam ruang tanda kesenangan yang monoton, yang menggantikan ruang menyebarkan dirinya, keluar dari batas-batas pengamatan diri sebagai gairah. Saya tidak akan mengigau hanya karena penampakan wujud yang bergerak psikis dengan ruang yang bergerak secara otomatis dalam dirinya sendiri.

Sejauh ini, individu perlu mengungkapkan bagaimana perbedaan berlipat ganda dalam ruang yang berbeda bukanlah kontradiksi yang melekat pada eksistensi, tetapi, bahwa perbedaan tidak dapat direduksi kembali dalam perbedaan. Sisi perbedaan yang berlipat ganda dalam ruang yang berbeda mengatasi kontradiksi, karena sisi perbedaan akan menjelaskan pengukuran kedalaman dan permukaan benda-benda. Perbedaan berlipat ganda dalam ruang yang berbeda menuju ruang kosong dari kemiripan permukaan gambar yang terbalik. Selanjutnya, ruang persepsi kita yang terakhir bekerja menurut perbedaan yang diproyeksikan ke ruang yang curam, bergelombang dan datar.

Batas-batas pengulangan dari permukaan wujud berbagai benda-benda dan diatasi dengan rangkaian pengulangan imajinasi tanpa batas-batas sekaligus melanggar ruang yang juga tanpa batas di luar dirinya. Ketika perbedaan berlipat ganda dalam ruang yang berbeda pada akhirnya digiring menjadi kekuatan identitas yang sebelumnya ditetapkan. 

Ruang yang tinggi, dari ruang yang berada di atas puncak tidak memengaruhi suatu tempat yang diletakkan dalam kemiripan yang identik.

Sebaliknya, ruang tanda yang membuatnya mencerminkan kejelasan identitas dan tentu membawanya ke mana identitas. Anak-anak ingin ke arah mana identitas tertentu. Mereka tidak menentukan ruang yang berada di bawah, sebuah ruang yang berada di dasar jurang tanpa kedalaman yang kosong. Anak-anak kecil ingin berinteraksi dengan ruang bermain yang menggembirakan dan membahagiakan.

Ruang internal betul-betul menggambarkan apa-apa yang berada di luar sisi pemikiran dan pembicaraan kita. Pemikiran dan pembicaran yang direfleksikan diganti oleh pengulangan yang berbeda yang tidak membingungkan bagi individu yang berada dalam ruang perseptual dengan ‘permukaan yang sama’ yang menopang eksistensi. Ruang permukaan “kota baru” berdasarkan ruang perseptual akan dikacaukan dengan apa yang direfeksikan. Mulut yang berbicara berbeda dengan tindakan yang berulang-ulang dalam ruang pemikiran. Seseorang berbicara, berkarya dan  bermain bukan hanya melibatkan ruang pemikiran, tetapi juga ruang imajinasi. Kedua ruang itu dijamin ruang yang dibentuknya tanpa batas. 

Pemikiran dan pembicaraan merupakan ruang yang berbeda antara pengulangan dan kemiripan ruang lainnya yang berada dari ruang yang berada di luar. Ruang yang berbeda yang berada di luar merupakan ruang keluarga dan ruang sosial, ruang bumi dan ruang antariksa, ruang atmosfir dan ruang hampa udara, ruang santai dan ruang kerja.

Semuanya bisa saja berada dalam pengulangan imajiner sebagai ruang tanpa batas. Pengulangan imajiner bukanlah permasalahan pengulangan peristiwa yang nyata atau bukan. Tanda-tanda dan jejak-jejak direpresentasikan tidak lebih dari pengulangan yang memungkinkan bergerak melalui ruang internal dengan segala macam gambar yang mampu direfleksikannya ke luar. Mereka ada karena pengulangan imajiner yang dipadatkan (lukisan, foto keluarga yang tervirtualkan) betul-betul nyata dalam ruang internal (dunia batin).

Demikian pula, ruang yang berbeda yang berlipat ganda dari perbedaan menjadi pengulangan yang berbeda dan berulang-ulang secara nyata terjadi dalam imajinasi. Seseorang berimajinasi dalam ruang gedung pencakar langit, berada di benua antartika bahkan menginjakkan kakinya di planet lain karena ruang yang dikenalnya merupakan penyilangan antara ruang internal dan ruang yang berada di luar. Ruang yang berbeda yang terjalin dalam relasi dengan pengulangan bukan hanya tidak pernah berhenti untuk mengungkap dirinya sendiri, tetapi juga pengulangan lebih dari cukup pembentukan ruang pengetahuan. 

Satu muslihat perbedaan yang dikerahkan bagi kita dalam ruang representasi tidak ada yang tunggal dan menyerupai benda-benda imajiner. 

Perbedaan yang berlipat ganda dalam ruang yang berbeda mendiami pengulangan yang tidak bertempat. Ia dipisahkan dari perbedaan di ruang yang sama. Sebaliknya, ruang imajiner yang berbeda menyediakan penampakan wujud yang datar, memanjang, cekung atau cembung dibuka melalui ruang yang berbeda. Di bawah pengulangan yang bergelimang dengan ruang yang berbeda memungkinkan kita untuk bergerak dari satu urutan pengulangan ke urutan yang lain, yang memungkinkan pemikiran tentang bumi, antariksa, taman, rumah, dan ruang kosong memiliki kedalaman yang tidak ditarik kembali ke bentuk pengulangan yang terakhir. Individu mesti kembali pada pengulangan dimana ditemukan dari titik tolak.

Semuanya perlu kembali pada pembagian ruang yang berbeda yang menunjukkan sisi kemiripan dan perbedaan mereka. Dalam keadaan ruang yang saling silang, jejak-jejak dan benda-benda tertuju pada ruang imajiner yang tiba-tiba muncul dalam pengulangan. Benda-benda diletakkan dan dibentuk dalam ruang yang berbeda, dari pengulangan seketika yang menyingkap selubung kemiripan sendiri ke pengulangan yang ditandai dengan ruang kesenangan pada taman yang dipenuhi oleh aneka bunga atau kota-kota yang tertata rapi. 

Perbedaan memungkinkan kita untuk beralih dari satu pengulangan tanda ke tanda yang lain. Setelah mereka memberikan nama-nama yang mudah dikenang kembali untuk membangun kalimat-kalimat, perbedaan-perbedaan yang belum jelas, ruang yang berbeda menuju gambar yang diimajinasi dari belakang.

Karena itu, seseorang memungkinkan untuk mengulangi kenangan dalam ruang yang intim dan berbeda di hadapan penampakan wujud sebelum kehancuran kemiripan nama-nama dan cara untuk memisahkan mitos dari ruang geometri yang menyatukan kota dengan tamannya.

Saya pikir, dunia adalah ruang, tetapi ruang menuju sebuah 'teater'. Perbedaan adalah kenampakan teater dalam ruang yang berbeda sama sekali tidak kelihatan di lokasi, tetapi ruang internal dipentaskan dimana perannya menggantikan aktor dengan ruang yang kosong. Ruang mendominasi peran dan tanda mende-materialisasi ruang. Berikut, menurut kompleksitas tanda dan hubungannya dengan ruang lain, maka kekerasan melebihi penataan benda-benda dalam ruang yang kosong. Ia dimainkan pada beberapa suara malapetaka ruang (ujaran kebencian, bom bunuh diri). Tetapi, ada juga cara dimana penulisan dalam ruang yang berbeda meluber ke  permukaan benda-benda tanpa menempati sebuah wilayah materi. Suatu kata-kata tertulis didasarkan pada ruang yang menampakkan mode wujudnya dalam ketidakhadiran kontradiksi, tetapi dalam perbedaan. 

Sebagai contoh, ruang internal warna tidak harus tunggal dengan cara dimana ia menempati suatu ekstensitas (perluasan), dimana ia masuk dalam perbedaan terhadap warna lain, apa pun jenis medsos akan diikuti dengan proses pembentukan ruang. Ia telah dijanjikan pada anak muda zaman now tidak hanya didefinisikan secara genetis, tetapi mendengar musik atau "demam" K-Pop, misalnya, yang menentukan lingkungan internal sebagai ruang.

Lagi pula, secara ekologis, ruang gen Z bukanlah jejak yang termuat dalam ensiklopedia dan planetorium 'hijau'. Karena itu, anak muda dianugerahi mimpi dan imajinasi yang sangat berbeda 360 derajat dengan makhluk lain, seperti burung elang. Bangsa burung dari dulu hingga sekarang tidak pernah bermimpi untuk membuat gedung pencakar langit atau berpikir untuk membuat pesawat terbang. Dari jejak-jejak petualangan epistemelogis (manusia berakal atau berpengetahuan) merupakan perbedaan tanda-tanda diantara benda-benda atau tatanan alam lain.

Titik pergerakan eksternal yang memimpin distribusinya dalam suatu ekstensitas (menikmati hidup secara batiniah dan lahiriah). Sebuah penulisan benda-benda yang berdekatan, tanpa menyerupai penampakan wujud lainnya. Kata-kata yang tertulis memasuki proses geografis mungkin tidak kurang terbentuk dari spesies daripada variasi genetik  dan kadang-kadang lebih mendahului yang terakhir. Semuanya bahkan lebih rumit ketika kita menganggap bahwa ruang internal itu sendiri terdiri dari beberapa ruang yang kosong harus terintegrasi secara lokal dan terhubung. 

Bahwa keterhubungan tanda-tanda representasi merupakan perbedaan yang tidak terelakkan, yang dapat diarahkan dengan banyak cara, yaitu diantaranya mengosongkan kemiripan penampakan wujud, mendorong benda-benda atau kata-kata ke batas alfabetiknya sendiri. Semuanya berhubungan dengan ruang eksterior (halaman, teras, jendela rumah, mata lahiriah, kuping, hidung) dan bahwa keterhubungan dengan ruang interior (batin) untuk membatasi penampakan wujud semu atau perbedaan ilusif yang ia sendiri perkenalkan menjadi sesuatu, kecuali ruang eksternal yang memikat.

Karena itu, dalam penulisan ruang-ruang selalu dikaitkan dengan benda-benda yang tidak tunggal dan homogen. Teks tunggal menyiratkan pada pergiliran titik keterhubungan dan integrasi jejak yang berbeda dalam satu jenis dari kemiripan sebelumnya. Dimana-mana kenampakan teater mengisi ruang yang kosong. Beberapa level, tanda-tanda tidak lagi tertidur dalam ruang kata-kata tertulis.

Seseorang memiliki pemikiran tentang ruang teater, kekosongan ruang, cara di mana ia diisi dan ditentukan oleh tanda-tanda dan topeng. Ruang dimana setiap aktor memainkan peran yang memainkan peran lain dalam malapetaka ruang. Mode berpikir sesuai malapetaka ruang adalah tanda-tanda dan jejak-jejak terbengkalai pembacaannya di saat bagaimana pengulangan dibentuk dari satu titik berbeda ke titik lainnya, termasuk ruang perbedaan yang melekat padanya.

Ruang tanda menghadirkan peristiwa benda-benda yang disisipi dan didinamisasi oleh teater pengulangan bertentangan dengan akhir dari ruang representasi (gambar). Perhatian kita pada tanda-tanda yang memola pergerakan, yang menentang konsep dan representasi dan merujuknya kembali ke konsep tersebut.

***

Dalam logika pengulangan, kita menyerap kekuatan murni, garis dinamis dalam ruang batin tanpa perantara pada tanda-tanda yang menelan perbedaan antara gambar dan pantulan di bawah cahaya ruang yang kosong.

Perbedaan dan keserbaragaman ruang internal (riang, geram, cemburu, minder, besar harapan) menghubungkannya langsung dengan teks tertulis dan ruang ekspresi menjadi bahasa yang berbicara sebelum kata-kata, dengan pergerakan yang berkembang sebelum tubuh yang terorganisir, dengan topeng di depan wajah dengan bayangan gelap dan hantu di depan di bawah cahaya siang hari di ruang yang kosong.

Seluruh rangkaian pengulangan sebagai kekuatan membentuk 'malapetaka ruang’ melalui medsos (seperti kerentanan perundungan, penipuan, berkomentar menyakitkan hingga penculikan masih terulang). Sayangnya, kita masih melihat rangkaian 'miniaturisasi malapetaka ruang' seiring dengan ruang geometri. 

Mungkin juga, garis-garis dari ruang geometri merupakan garis-garis dinamis dalam kehidupan.

Saya dan orang-orang yang mengalami di zaman pagebluk. Bagaimana perhatian pada pemikiran bergerak dari arus tema besar ke tema kecil, tetapi, dia merefleksikan dirinya, dibandingkan menjawab seluruh pertanyaan. 

Misalnya, adakah titik jenuh sentuhan psikologi klinis dalam menyembuhkan pasien atau terpidana, atau memenuhi seluruh permintaan konsumen pasar sebelum model teoritis disusun kembali berdasarkan petunjuk dasar dari pengetahuan?

Subyek di luar teks bukan memposisikan dirinya sebagai peletak dasar model pengenalan asal-usul kuno atau pemiripan gen bawaan, tetapi, aliran model teoritis dari berbagai disiplin ilmu bergerak terus menerus, diisi ulang dan diperbaharui. 

Singkatnya, kita mesti keluar dari segala penjuru dari ruang pengetahuan yang tidak becus pada tema tentang dirinya sendiri, sekalipun predikatnya tidak berada didalamnya. Model teoritis sekedar berjuang untuk melawan keluhan dan rasa sakit, berarti diberkahi sebagai sesuatu yang mulia di dalam ingatan yang sulit untuk dilupakan dan dirawankan dengan rangkaian relasi.

Tanda-tanda akan muncul, tatkala kita keluar dari segala hal yang membelenggu dibalik penetapan asal-usul dengan tematik besar yang dibentuk oleh gagasan, bahwa kesenangan merupakan wilayah kejahatan yang berbahaya. Bukan hanya saya akan memenuhi kebutuhan atau produksi, yang terlepas dari nilai guna dan nilai tukar menjadi tantangan besar dalam kehidupan dan pemikiran.

Tetapi, hilangnya tema dan konsep tentang bagaimana praktek kesetiaan pada ruang batin atau nurani, pedagogisasi sebelum berkeluarga atau pendidikan seks anak sejak dini. Sampai di sini, menerima penggunaan bentuk-bentuk relasi perbedaan, keperpihakan dan lompatan jauh ke depan dari kekuatan filsafat atau ilmu pengetahuan, bukan mencari rangkaian luar, samar, dan bertolak belakang dengan titik ingatan sebagai jejak-jejaknya yang ditinggalkan oleh konsep tentang tubuh dan teks, kekerasan dan pembungkusan, ketidakhadiran dan kekosongan. Misalnya, relasi antara keadaan, kebenaran, dan penanganan kesenangan yang terlokalisir.

Ruang di balik rangkaian peristiwa baru melebihi fenomena-fenomena yang tidak pernah muncul sebelumnya, tidak peduli apakah bergerak linier, serkular, spiral atau tidak. Rangkaian dan peristiwa tidak berdasar pada bentuk permukaan belaka. Ia bukan pula sesuatu hal yang tidak perlu dijenuhkan dalam penantian panjang. 

Peristiwa bukanlah drama serial, yang di dalamnya dapat saja bergaya aneh, lawakan, dan menyebalkan, tetapi, tidak untuk mengaburkan ingatan terhadap satu peristiwa ke peristiwa yang lain. Setiap ada peristiwa bukanlah “alur,” “ganti rugi,” “proses,” “kebetulan,” “eksklusifitas,” “inti” atau “substansi” dari alam. Apa yang kita saksikan sendiri tentang peristiwa hanyalah sisi pergerakan aksiomatik dari immaterialitas ke materialitas. Kita melihat, banyak orang terperangkap dalam lingkaran materialitas. 

Anak-anakku mungkin, begitu pula orang dewasa, tetangga, pesohor, bahkan orang pedalaman yang telah kepincut dengan barang-barang ekonomi akan terpikat dengan ruang materi.

Saya dan mereka tidak menampilkan dirinya di tempat yang sama, tetapi, dalam ruang yang berbeda di luar dirinya. Karena jaringan ruang teater mengisi ingatan dengan dirinya sendiri.

Disamping immaterial, tempat dimana pengaruh akan dimunculkan secara beriringan. Sehingga, suatu peristiwa tidak berusaha membawa momentum-momentum sebagai penampakan biasa untuk kembali kepada rangkaian dan peristiwa yang sama.

Tetapi, sebaliknya, ia tetap tidak berhenti untuk membentangkan ingatan kita memasuki jantung wilayah kemunculan peristiwa-peristiwa. Dari pembentukan relasi-relasi dengan bergerak maju kembali dan sampai memberikan peluang perjuangan tidak henti-hentinya. Jika tidak, ia tidak lebih monumen yang dicanangkan untuk dibaca atau dilintasi ulang. Titik relasi antara permikiran dan teks, akhirnya, tidak mampu mengisolasikan dirinya dalam menyimpan jumlah buku yang menginspirasi.

Kadangkala, suatu pernyataan tidak lagi bersifat psikopatologis, tetapi. Ia cenderung memilih tinjauan ekstra ilmiah, seperti mitologi atas orang kesurupan akan dipandang sebagai bentuk ketidakseimbangan antara logika dan kalimat. Ia tidak muncul menjadi gejala pikiran picik dalam susunan yang teracak-acak atau tidak seimbang dalam motif, ruang, dan waktu dari peristiwa yang berbeda dan pada gejala yang sama. 

Layak untuk disuarakan, bahwa tidak akan pernah bertahan lama pantulan sekunder, karena hal-hal yang primer dari gagasan selalu tidak terpisah dengan jumlah keadaan yang tidak terhitung dari peristiwa. Geometri, mitologi, dan kedokteran muncul diantara pengujian konsep-konsep lama menjadi bidang ilmu pengetahuan atau disiplin ilmiah tidak akan pernah lengkap apa yang dimilikinya, tanpa berkesudahan untuk menangani citra pikiran yang muncul tenggelam dalam peristiwa yang berbeda. 

Tidaklah terburu-buru diingat kembali, bahwa filsafat tidak untuk dipertentangkan dengan disiplin ilmu yang bersifat medis. Begitu pula peristiwa dan rangkaian dari skandal, korban kausalitas dan rencana jahat, nampaknya tidak sebanding dengan anak-anak setiap saat terancam oleh penampakan gadis yang cepat tumbuh menjadi dewasa, pendidik serta siswa yang puber, pebisnis dan bujang yang karuan, suami otoriter atau kejam, seorang sableng (murni) dikurung, rumah tangga yang berantakan dan sebagainya tidak terpaksa untuk memasuki peristiwa tanda menjadi saksi sekaligus hakim dalam peristiwa-peristiwa berikutnya. Materialitas kesenangan yang meruang begitu sulit untuk dihakimi, kecuali ketidaksalurannya pada sesuatu.

***

Saya melihat, dalam ruang batin, pengetahuan intuitif memungkinkan muncul di tengah ketidakhadiran 'model miniaturisasi' (medsos, internet). Lantas, benda-benda di sekitar kita, yang menyimpan jalinan relasi antara perbedaan dan heterogenitas gejala mengiringi penemuan virus tertentu dalam butiran air saat seseorang mengidap flu.

Dari situlah, malapetaka ruang penyakit (misalnya, pandemi corona) memiliki ruang interaktif dengan ruang pengetahuan melalui penemuan vaksin yang sama sekali tidak terduga.

Tetapi, tanda itu bisa lebih mudah ditemukan dari seseorang yang berpenyakit yang berbeda.

Ia bukanlah ruang mikrobiologis sebagai sumber pandemi corona, tetapi ketidakhadiran ruang pembebasan dari bahaya tanda-tanda kehidupan.

Ruang pengetahuan seiring dengan ruang pandemi dan ruang pembebasan yang menghilang dalam ruang geometri. Ruang tidak lebih dari jaringan orgastik, dimana seseorang dapat menyalurkan beban imajinasi, pikiran, dan kesenangan yang memberi sekaligus membuat ruang lainnya. Ruang yang semacam ini tidak dibentuk atau dibuat oleh eksistensi atau ruang eskternal, melainkan ruang yang dibuat oleh imajinasi atau kesenangan. 

Terhadap jaringan orgastik tidak bertentangan dengan ruang geometris selama garis-garis menjadi sintesis obyektif yang menyelimuti ruang mikroorganisme patogen sebagai penanda atas perbedaan dalam ruang pandemi dan ruang non pandemi, ruang penularan kata-kata tertulis dan ruang teks tidak tertulis.  

Pada bagian dalamnya, tanda-tanda malapetaka alam sebagai keseluruhan menutupi apa-apa yang terlihat hanyalah malapetaka ruang sebagai bagian dari garis-garis yang tidak kencang atau kerutan yang ada pada kulit tubuh manusia. Setelah Cogito Cartesian, bagaimana seseorang bisa mengetahui berapa derajat garis kepala ketika sedang membaca atau menulis benda-benda atau ruang-ruang yang kosong dari warna, ukuran dan selera. Bagaimana tanda-tanda nampak dalam jaringan malapetaka ruang yang kehilangan pesonanya? 

Jaringan malapetaka ruang secara kreatif tidak memiliki keterkaitan dengan Cogito Cartesian apabila hanya terpaku pada kedalaman ruang berdasarkan sensasi luar. Dalam pemikiran modern, kedalaman ruang menurut ikatan badaniah ditinggalkan oleh jaringan kedalaman dan perluasan kesenangan, imajinasi atau selera. Jaringan kedalaman ruang menurut persepsi diubah dengan kedalaman hasrat melebihi ruang yang kosong dari tanda-tanda malapetaka alam.

Seseorang akan melihat rangkaian peristiwa kausal menurut teks Descartes dalam Discourse on Method berada di luar tanda-tanda malapetaka ruang ketika pada orang yang sama yang melihat ruang yang kosong dengan cahaya yang memancar dari mata seperti gelap gulitanya dunia.

Kekuatan jaringan tanda malapetaka ruang terlihat dari ruang yang kosong ketika seseorang berada dalam peristiwa pembunuhan.

Dalam cara yang serupa dan dari ruang yang berbeda tangan dan wajah yang terpancar cahaya dari mata seseorang setelah berbuat jahat nampak mencerminkan jiwa yang ada didalamnya sebagai ruang internal (batin, nurani) yang rasional telah redup.

Di situlah pengenalan jejak, tanda, huruf atau kata-kata tertulis mengakhiri penularannya sesuai dengan penularan wabah dalam peristiwa yang berbeda lapisan bahasa yang digunakan. Jaringan tanda apapun yang ada pada malapetaka ruang meninggalkan ruang yang kosong seiring dengan pemikiran Descartes (1960 : 201). Akhirnya, kita tidak mengetahui kembali tanda-tanda bahwa telah terjadi kehancuran berbicara atau mengungkapkan kebenaran dalam ruang publik.

Dari sini, tanda-tanda malapetaka ruang diiringi dengan ketidakhadiran ruang kebenaran. Karena hal lain, seseorang masih mengetahui jika berbicara atau menuliskan kebenaran berarti menuliskan ruang yang kosong, yang berlipat ganda ruang dusta dalam jaringan ruang yang berbeda.

Ketidakhadiran ruang kebenaran dari subyek sebagai ‘ruang dusta’ atau ‘ruang yang kosong’ berbeda dengan ‘proses menjadi’ tidak lagi memancarkan cahaya yang akan menerangi ruang yang lain, seperti bintang gemintang menerangi kegelapan angit di malam hari.

Lain halnya, ketika si buta tidak selamanya bertahan memegang tongkat, sekalipun tubuhnya masih kuat untuk melepas semua beban analogi padanya. Seakan-akan ruang yang kosong menolak untuk dimiripkan pada ‘memberi mereka ruang’ atau ‘membuat ruang’ menurut pemikiran Martin Heidegger (Being and Time), 1962 : 146). Tanda-tanda malapetaka ruang terkesan sebagai kiasan nampak bertentangan dengan dengan latar belakang ‘membuat ruang’ justeru ‘membuat ruang yang lain’ tidak lebih dari proses pembentuk ruang kebenaran ilusif sesuai cara membuat ruang yang kosong.

Bintang menerangi kegelapan bumi dan langit di malam hari betul-betul merupakan akhir dari perjalanan ‘membuat ruang’ yang dicampuradukkan dengan pemikiran rasional.

Suatu pengetahuan tentang ruang-ruang telah ditemukan oleh ahli planologi dan penulis atau filsuf Yunani dan Romawi.

Konsep paling penting untuk diwaspadai dalam kaitannya dengan peristiwa-peristiwa besar yang disodorkan kepada kita, di tengah pembentukan relasi-relasi adalah kelimpahan, kecantikan, dan teritorialitas. Ada dua bentuk kelimpahan yang saling berinteraksi sebesar tanda kuasa, yaitu kelimpahan konsumsi dan kelimpahan konsep.

Dalam ruang yang kosong, kelompok figur yang diorganisasikan dengan susunan-susunan yang tidak pernah diubah dan diisi oleh produksi, arus dimana kelimpahan tidak lebih sebagai kedangkalan dan kekosongan. 

Hasrat bukanlah suatu arus dari kelimpahan, tetapi, tingkat jelajah konsumsi yang memiliki kemampuan untuk menyebarkan peristiwa-peristiwa baru menjadi penemuan produksi kekerasan dari hiperealitas.

Suatu produksi murni dalam peristiwa sehari-hari tidak lebih pantulan konsumsi atas citra sebagai kesenangan yang tertulis dan tergambar, misalnya, citra sinema atau televisi terlepas dari makna yang diberi efek oleh produksi hasrat. Unit-unit penandaan yang tercitrakan tersebut diselendupkan di dalam peristiwa akibat pilihan program, pembingkaian, rancangan, dan cara teknik. Ia bukanlah bagian dari pembentukan analog. Kesenangan mengkonsumsi memiliki "ereksisasi" makna melintasi tema dan posisi dari tata bahasa dan pernyataan. 

Titik celah dari konsep tersebut terletak pada saat tema dan rangkaian yang telah tersusun telah dituangkan kedalam obyek hasrat menjadi rantai “erektor kedudukan,” bukan dari keadaan dan wilayah pembentukaan relasi-relasi, seperti, relasi ekonomi di dalam produk parfum atau sabun. Dunia nyata yang melimpah dari relasi-relasi tidak dibentuk dengan tatanan konsep dan sesuatu yang merayu tidak muncul di balik obyek, melainkan dengan mata telanjang melalui relasi konsumsi dan kesenangan yang teracak dan terintegrasi. Ia tidak disebarkan antara tubuh dan penanda, tetapi diantara keduanya yang berakhir kepusingan, yakni kesenangan. 

Jadi, membaca teks dan ketidaksadaran bukanlah bonus alam, tetapi dalam kesatuan pembentukan relasi-relasi; bukan dalam produksi, tetapi, dari dalam keresahan atau kegelisahan. 

Keresahan melupakan produksi kebenaran. Jika terbentuk relasi antara keresahan dan ruang tanda ekspresi, produksi tatapan tanpa ruang menghilang dalam dirinya sendiri.

Produksi tatapan tidak lebih kuat dari malapetaka ruang tanpa teori yang penting dibentuk dalam tema pusat keseimbangan.

Ketidakhadiran atas kedangkalan dan kekosongan, berarti, peristiwa kesenangan berbeda dengan hasrat selama memanfaatkan tubuh sebagai tontonan tanpa ruang yang tunggal dan homogen. Produksi tatapan tanpa perbedaan ruang  tidak memiliki keadaan yang jelas, dari keadaan ruang diterima di luar peristiwa. 

Tetapi, ruang penyingkapan sekaligus penggiringan dan penghasutan, karena kualitas yang melekat pada dirinya dapat dikuantitaskan di dalam jumlah orang gelisah berpikir setengah pening menuju lompatan-lompatan baru.

Arus khayalan menyatu dalam arus kalimat dan proposisi yang berbeda-beda. Kini, kita berharap seluruh puisi, lukisan, nyanyian, teka-teki, gagasan, dan kartu ingatan yang beredar menimbulkan malapetaka ruang datang dari penjuru alam. Anda menyenangi segala sesuatu yang bernuansa alami dari benda-benda yang terlihat. 

Jenis, nama, dan spesies makhluk hidup cukup menantang untuk dibaca atau ditulis sebelum kehendak muncul di tengah-tengah hingar bingar penampakan melalui medsos, ruang dimana rentetan peristiwa tersaji.

Sementara, tanda-tanda malapetaka ruang bukanlah teks tertulis atau menonton sesuatu dalam layar medsos, yang terkait dengan relasi-relasi pengetahuan dan perbedaan ruang yang bisa diterima menurut aksioma kuantitas. Misalnya, seorang anak kecanduan medsos secara berlebihan, katakanlah rerata 1 × 8 = 8 jam per hari di masa liburan panjang akan berdampak pada gangguan perkembangan otak, bahaya radiasi hingga bisa memantik watak tempramental pada anak. Ruang interaksi di era medsos berbeda saat seseorang menikmati musik rock and rol di layar tv atau selera pada musik religi. Setiap wilayah perbedaan yang muncul ditengah-tengah pembacaan atau tulisan tentang benda-benda dan tentang berapa panjang, lebar atau diameternya di luar organisme tumbuh-tumbuhan dan binatang merupakan ciri-ciri umum dari benda-benda yang mereka tandai atau catat.

Tetapi, benda-benda yang berada dalam jaringan malapetaka ruang cepat terlupakan dalam rangkaian kalimat dan proposisi baru. Oleh karena perubahan berlangsung dari kata-kata tertulis ke arus aksioma hingga teknologi terbaru ditantang oleh kesenangan yang tidak terpikirkan.

Sesuatu yang berlawanan di dalam rangkaian peristiwa yang ada keterkaitannya dengan arus modal akan selalu didampingi atau bahkan melekat di dalam arus hasrat, jika adegan tidak diartikan sebagai suatu hal yang merangsang malapetaka ruang atau ketidakseimbangan alam, sebagaimana petualangan tanda-tanda dan kata-kata menelan paragraf melebihi lapisan cogito. “Saya berpikir, maka saya menantang arus”. "Anda berTikTok, maka Anda ada." Karena itu, aliran uang untuk membeli produk hanyalah efek atau implikasi dari pernyataan atau aksioma mengenai relasi-relasi material yang diukur menurut kuantitas yang dibentuknya. 

Ruang bukan lagi seperti aksioma kuantitas, tetapi, serangan balik dari logika perjuangan untuk membebaskan relasi-relasi yang telah dibentuk oleh cara atau arus produksi nyata akibat muncul di balik kekosongan atau ketidakhadiran nalar kritis yang tidak mampu memancarkan kalimat dan proposisi mengenai titik kesenangan sebagai ruang kekerasan, justeru ditantang oleh kebenaran lain, seperti, logika kebutuhan diri seakan-akan tidak ada ujung pangkalnya.

Menyangkut logika kebutuhan selalu dikaitkan dengan arus modal dan aliran hasrat, tidak terlepas dari pembentukan kuantitas.

Dalam rangkaian peristiwa benda-benda yang ditandai setelah ketidakhadiran kembali suatu perkabungan, imajinasi tanpa batas dan kesenangan yang meluap-luap atas sesuatu, yang direproduksi lewat permukaan merupakan ambang batas antara kesenangan atas ruang pustaka dan kematian persepsi atas ruang. Mereka mungkin dematerialisasi dengan ruang, berarti arus kata-kata tertulis tidak keluar dari ruang kesenangan sebagai tempat dimana konsep yang beragam datang padanya, seperti tubuh untuk menegaskan fungsi dan tema kesenangan. Kehadiran aktor, ‘sang Lain’, penonton di pinggiran, dan pembacaan pada benda-benda dalam ruang yang berbeda.

Pada satu hal, pertukaran atas ‘permukaan benda-benda’ dan ‘obyek merujuk pada tubuh’. Hal lainnya, titik permukaan tersebut dari asal-usulnya tidak berkedok melaui penampilan luar, melainkan permukaan dirinya sendiri. 

Tabir tersingkap melalui sisi gelap dan kosong dari ruang. Pergerakan ganda dari tidak nyata, sisi gelap dan kosong menjadi transisi bagi kesenangan pada yang nyata. Ruang transisi memisahkan antara kecanduan dan kesenangan pada sesuatu yang bersifat eksternal. Orang-orang akan melihat gambaran kesenangan dengan apa-apa yang ada dalam benaknya terhadap suatu yang telah mengalami pertukaran obyek sekaligus benda-benda. 

Hasrat dan nafsu melintasi ruang tanpa bergerak di luar benda-benda menjadi pemenuhan obyek pengetahuan. Keduanya berbeda saat kekuatan untuk kata-kata semakin berhubungan dengan sisi gelap dan kosong dalam ingatan dan fantasi. Parfum atau lipstik tidak dapat dipisahkan dengan pertukaran kesenangan antara pikiran dan warna, fantasi dan aroma, hasrat dan suara mendesah dibalik tubuh non organik. Saya hanya bisa geleng-geleng kepala, jika ada orang mengaku tidak punya hasrat dan fantasi. Adakah?

Lain lagi, prinsip pengulangan internal yang bergerak dari ruang-ruang imajinasi, fantasi, ingatan, dan kenikmatan akan terpapar oleh ketidaksadaran. Berkat ruang batin yang bersinar, saya bisa membedakan mana bentuk kedalaman yang gelap (nafsu bejat) dan mana permukaan yang menggiurkan (aneka produk). Sehingga saya tidak membuat kemunduran sedikit demi sedikit tentang dunia. Saya pun terkesima, bak lirik lagu begitu apik berada dalam ruang yang berbeda itu sebagai 'anugerah' yang mesti dijaga dan dikelola dengan tulus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun