**
JANGAN AMBIL ANAKKU II
Aku didampingi dua polisi meninggalkan halaman parkiran menuju alamat rumah bu Ratna. Aku mengendarai mobil sendiri dan pihak polisi mengendarai mobilnya dengan simbol warna biru.
Tidak perlu waktu lama, kamipun sampai di sebuah alamat yang dituju. Sebuah rumah banglo yang tidak terlalu besar, berwarna hijau sudah terlihat di depan mata.
Kehadiran kami disambut oleh dua orang laki-laki bengis, menurut pandangan mataku. Rambutnya panjang, badan kekar, menggunakan asesoris gelang silver di sebelah pergelangan tangan kanannya. Menyambut kehadiran kami dengan muka merah padam, penuh amarah.
 "Siapa kamu semua! Untuk apa datang ke rumah ini!" Pertanyan dengan suara cukup lantang dilontarkan oleh salah satu dari mereka.
"Permisi tuan. Kami dari Lawyer yang didampingi oleh pihak Polis, bermaksud datang untuk bertemu dan berbicara kepada Bu Ratna."
"Ada urusan apa!" Laki-laki satunya lagi ikut membentak.
Aku menjelaskan kepada mereka jika kedatanganku untuk menjemput bu Ratna beserta bayinya. Karena mereka meminta bantuan untuk dijemput. Salah satu dari mereka masuk ke dalam rumah. Sedangkan kami disuruh menunggu di teras.
"Siapa yang melaporkan kasus ini ke polisi?"
"Saya."
"Hehh, kamu siapa! Beraninya kamu melaporkan kasus ini ke polisi."