Mohon tunggu...
Julaila Haris
Julaila Haris Mohon Tunggu... Guru - SMK Negeri Kokar, Kabupaten Alor-NTT

Menulis, Membaca, dan Berbicara

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku Takut Menjadi Perawan Tua Part 4

3 Maret 2024   01:14 Diperbarui: 3 Maret 2024   10:35 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Part 4

"Mati aku, hari ini aku bakalan dimarahin habis-habisan oleh manager kantor" 

Begitu penasarannya aku dengan Haikal membuat hari ini aku terlambat tiba di kantor. Paling lama perjalananku biasanya 1 jam, karena jarak rumahku dengan kantor lumayan jauh. Kali ini aku sampai terlambat 2 jam. Astaga..... Hari ini aku akan melihat wajah serigala dalam amarah butanya managerku. Dia tak akan peduli alasan mengapa kamu terlambat. Bila amarah sudah menguasainya dia tak kan peduli siapa dirimu.

Benakku benar, 08.00 kedatanganku sudah dinantikan oleh teman-temanku. Meraka ingin melihat ekspresi wajahku yang cengeng ini ketika dimarahi menager. Memang itu sudan menjadi tradisi kami. Siapa saja teman-teman kami yang datang terlambat akan kami bully habis-habisan setelah mendapatkan ceramah hangat dari manager. Dia sudah menunggu sejam yang lalu pas tepat di depan pintu ruangan kerjaku. Wajahnya terlihat berubah seketika seperti seekor serigala. 

"Selamat pagi, Pak. Maaf saya terlambat." Aku menyapanya dengan suara manis seperti biasanya.

"Kamu tahu tidak peraturan kantor ini? Selain menyelesaikan tugas tepat waktu, disiplin adalah prioritas utama dalam pengembangkan mutu perusahaan kita!" Dengan nada membentak dan semakin meninggi dia memarahiku seperti seorang anak kecil yang terlambat pulang ke rumah karena keasyikan bermain. Memang begitulah perangai manager kami. Dia tak pernah menganggap kami ini adalah manusia dewasa. Dia memperlakukan kami seperti anak-anak SMA yang sering lalai dalam tugas mereka sebagai pelajar. Huff..... Kadang kami semuanya bosan dan jenuh. Ingin rasanya kami membalas setiap cemoohannya, tapi kami masih sangat menghargai dia sebagai atasan kami, karena bagaimanapun juga dia tetap pimpinan kami.

"Kalau di kantor saya ada 5 atau 6 saja karyawan seperti kamu, sudah tentu kinerja perusahaan saya bisa menurun." Lanjut manager terus memarahiku.

"Maafkan saya pak, saya berjanji tidak akan pernah mengulanginya lagi." 

Padahal....... Selama ini aku selalu hadir tepat waktu. Tidak pernah sama sekali aku terlambat seeprti hari ini. Tidak seeprti temanku Sella. Karena dia sudah menikah, sehingga tuntutan mengurus keluarganya Sella anggap lebih penting dibandingkan dengan pekerjaannya. Hampir setiap hari Sella dimarahi oleh manager. Tapi mau bagaimana, itulah pilihan setiap orang, disatu sisi keluarga adalah segalanya, disisi yang lain pekerjaan juga sangat penting karena menunjang kehidupan. Kepemimpinan itu tidak selamanya tentang seberapa hebatnya Anda menguasai management leadership, tapi bagaimana ketika menjadi pimpinan Anda mampu memanage management menggunakan akal sehat dan memanusiakan manusia atau karyawan-karyawanmu menggunakan hati. Sesimple itu sebenarnya. Namun mungkin karena kedudukan, golongan, ras, ataukah pangkat sehingga nilai integritas hati sudah tidak ada lagi dalam memanusiakan manusia dengan baik.

"Lain kali bila kamu terlambat lagi seperti ini, kamu akan saya pecat." 

Ancaman manager sudah tak asing lagi ditelingaku, karena kalimat-kalimat ini sudah sering kudengar bila ada karyawan yang melakukan kesalahan kerja ataukah terlambat masuk kantor seperti aku hari ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun