"Ehh, kamu! Dengarkan ya?"
Aku mengangguk sambil tersenyum, dan memberikan jempol sebagai tanda siap mendengar apa yang ingin disampikan olehnya.
"Ini sebenarnya masalah keluarga. Kamu semua hanya orang luar. Tidak perlu ikut campur urusan kami. Kami bisa selesaikan sendiri."
"Begini tuan, Apakah kami diizinkan untuk bertemu dengan bu Ratna? Kami ingin tahu kepastian kondisinya. Karena salah satu laporannya mengatakan jika Ibu Ratna telah dipukul, sehingga lebam biru dibagian lengannya."
"Ehh, jangan sok tahu ya?"
"Maaf tuan. Kami berhak untuk tahu. Untuk itulah kami membawa polisi ke sini, agar bisa melakukan tugasnya."
"Kamu mengancam kami ya?"
"Kami tidak bermaksud mengancam sama sekali. Tetapi kami mohon kerjasama dari pihak tuan dan juga keluarga tuan."
"Hahaha ... sudah terbukti mengancam, masih saja mengelak. Kamu pikir kami takut apa! Kami hanya takut dan patuh sama Raja kami saja. Kami tidak takut sama kamu semua. Bahkan membunuhpun kami tidak takut. Ini tanah kami, rumah kami." Lelaki bengis ini mendekati kami sambil menunjuk dengan jari telunjuknya ke arahku dan juga dua polisi di sampingku.
"Puan Sarah!" tangannya bertepuk tangan berkali-kali. "Kamu foreign kan? Besar juga nyalimu. Ingat! Ini bukan negaramu! Mengerti!"
Dua polisi disampingku langsung memegang ke dua tangan lelaki ini, dan menarik beberapa langkah mundur. Karena jaraknya yang semakin dekat dengan tempatku berdiri.