Pilih objek yang populer dan relevan.
Parodi harus bisa dikenali dengan cepat. Pilih karya atau tokoh yang sedang tren.
Amati gaya aslinya secara mendalam.
Kalau ingin memarodikan sinetron, pahami gaya bicara, latar musik, logika cerita, dan kostumnya.
Cari celah kelucuan.
Bisa berupa klise yang diulang, logika yang aneh, gaya bicara yang terlalu dramatis, atau kostum yang norak.
Jaga etika dan hindari penghinaan personal.
Parodi yang baik menertawakan ide, bukan menyakiti orang.
Berikan twist tak terduga.
Kombinasikan dua hal yang bertabrakan. Misalnya, tokoh Naruto kerja di kantor kelurahan. Lucu karena tak cocok, tapi tetap nyambung.
Tawa yang Datang dari Tiruan
Parodi mengajarkan kita untuk menertawakan budaya yang kita konsumsi. Ia bukan sekadar pengulangan, tapi reinterpretasi. Dan justru dari situ muncul ketawa---karena kita menyadari betapa lucunya dunia yang selama ini kita anggap serius.
Dalam dunia yang penuh absurditas, kadang parodi justru jadi bentuk kejujuran paling jenaka.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI