"Ya sudah, tidak apa-apa kok." Kataku kemudian.
Penasaran menjadi kutipan hari ini dari semalam. Sebait percakapan itu telah meninggalkan kesan yang membuat penasaran lagi bagiku ketika gadis itu mematikan ponselnya. Karena aku merasa ada perbedaan di hari ini. Aku seperti merajut benang-benang cinta dari suaranya yang lembut.
Ah, hanya cerita sinetron saja yang bisa jatuh cinta dalam sekejap karena sudah ada skenarionya, pikirku. Hatiku merambah ke ruang kelas tempatku kuliah.Â
Aku tertegun di kursi yang di atasnya terdapat tasku yang berisi buku-buku. Pikiranku terbawa oleh suaranya. Wah, ini bukan kisah lain dalam mimpiku. Sebenarnya aku tidak mempedulikannya, tapi...
"Hai Fan? Kok bengong?" suara itu datang dari belakangku. Rendi datang diam-diam.
"Eh Ren, kamu membuat jantungku mau copot nih."
Rendi adalah salah satu sahabatku. Dia menjadi teman curhatku. Dia selalu tahu tentang kisah-kisahku. Dan kemudian aku membuat sebuah puisi yang aku pajang di kamarku.Â
Karena aku tahu cinta persahabatan adalah kisah sejati. Penggalan puisi itu masih terasa dalam benakku sekarang ini. Karena aku hidup dengan bernyawa puisi. Sampai saat ini.
"Sudahlah, aku tidak apa-apa dan tidak terjadi apa-apa, nanti saja ceritanya." Kepura-puraanku mengambil buku dari tas membuat Rendi tambah bingung. Tetapi aku tetap tersenyum seribu kebahagiaan.Â
Waktu terus melaju tanpa henti menjadi seorang mahasiswa yang selalu disibukkan dengan tugas-tugas  atau kegiatan lain yang tidak menyangkut mata kuliah.Â
Sebagai mahasiswa sastra dituntut bak seniman atau sastrawan pada umumnya. Hari ini aku melewati masa kinerjaku untuk belajar. Kebahagiaan pagi hari masih berputar di siang harinya. O, dunia apakah aku sedang jatuh cinta? Adakah cinta datang hanya mendengar suaranya saja?