***
Ponsel bagiku merupakan teman sejati yang akan membuat setiap orang akan pernah sempat merasakan kesepian. Alam menunjukkan kekuasaan, awan mulai menghitam menghilangkan kesuciannya dan mencuri keindahan dunia.Â
Rintikan hujan telah mengundang rasa dingin di ruangan sempit dengan langit-langit bertempelkan kipas angin yang kecil dan pakaian kotor di pojok kost-an. Itulah tempat Rendi berdiam diri.
      "Oh ya Fan, tadi katanya ada yang mau diceritakan. Sepertinya seru dan cerita baru nih."
      "Kamu jangan menertawakan dan dengar dengan baik! Semalam aku mendapat misedcall, terus aku tadi pagi mencoba menghubunginya lagi. Ternyata dia seorang gadis. Suaranya sangat merdu. Hm..." guling yang kumel menjadi peralihanku untuk aku dekap dengan wajah berseri.
      "Siapa dia, Fan?" tanya Yudi penasaran.
      "Nah itu masalahnya, aku tidak tahu siapa gerangan gadis itu. Bodohnya lagi aku langsung menutup teleponnya. Jadi tidak sempat menanyakan namanya" aku lunglai dengan ceritaku sendiri. Dan Yudi hanya memandangku dengan menahan geli atas sikapku. Yudi temanku yang lain dan tepat ia satu kost-an bersama Rendi.
      Sesaat waktu melaju dengan santainya mengantarkan malam di ujung kerinduan cinta dariku. Terpana dengan memandang bintang di hamparan awan yang aku coba untuk memberikan pesan agar dapat disampaikan pada gadis itu. Mengingat dan menaruh harapan bahwa gadis itu akan menjadi temanku. Bujuk jiwa naluri menjadi. Aku mencoba menghubunginya lagi.
      "Hallo...hm...hai!" aku tergugup kaku akan kata.
      "Hai...maaf, siapa ini?"
      "Aku, orang yang kamu misedcall karena salah nomor"