"Apa? Kamu akan menemuinya?"
Rasa terkejut Rendi membuat suasana makin aneh.
"Aku mendukung kamu, tapi..."
"Ada apa sih dengan kamu?" tanyaku seperti ketidakrelaannya aku menemui gadis itu.
Hanya terdiam terpaku dalam genggaman ponselnya. Aku tak mempedulikannya, mungkin dia lagi ada masalah dengan kekasihnya. Lantas kami tak berkelanjutan tentang cinta yang berlangsung cerita karena kita harus harus terusung karena ada kuliah dalam jam sekarang ini.
"Tira, dosen pujaan kamu tuh!" bisik teman satu kelasku pada teman perempuan di sebelahnya.
"Hari ini Bapak akan memberi tugas, karena Bapak harus menghadiri rapat. Fan nanti kamu kumpulkan tugasnya dan simpan di ruang Bapak."
"Baik, Pak!"
Dosen pujaan setiap perempuan. Namanya pak Akmal, dia memiliki penampilan yang sangat rapi dan tampang yang bisa digolongkan dalam jajaran model majalah. Ditambah lagi dia masih membujang. Makanya kaum adam yang berada di kelasku menjadi bulan-bulanan perbandingan dengan dosen itu.
Hari berjalan begitu cepatnya. Aku minta ditemani Rendi untuk bisa bertemu dengan Rina. Tekuk tangan melihat arlojiku yang sudah menunjuk pukul dua siang.Â
Memang hari ini aku memberikan jadwal pada Rina untuk bisa bertemu di salah satu rumah makan di belahan pusat kota Bogor. Ya, yang pastinya kami bisa berjalan-jalan mengelilingi lekak-lekuk keindahan kota Bogor.