***
"Hai Fan! Hai Ren!"
"Kalian...kalian sudah saling kenal" tanyaku terheran.
"Memang dunia tak selebar daun kelor. Bagaimana kalian bisa saling..." lanjutku.
Semuanya terdiam. Terik matahari meluncurkan keringat dari tubuhku maupun yang lainnya. Surut akan kata-kata yang keluar untuk bisa mengubah suasana sepi. Duduk menengadah di kursi yang sudah tersedia, tidak menunjukan ketenangan yang semestinya berlaku pada waktu itu.
Aku menjadi tambah keheranan ketika mereka berdua tak ada jawaban yang pasti. Seperti ada yang disembunyikan dariku. Ah, hanya perasaanku saja. Mungkin mereka hanya teman sekolah atau...
"Fan, maafkan aku" sahabatku itu membuka kehampaan di rumah makan yang sesak.
"Ada apa? Salah kamu apa? Kamu jangan bercanda ya?"
"Sebenarnya kami berdua, antara aku dan Rina adalah memiliki hubungan yang lebih dari sekadar teman, semuanya salahku, aku..."
Ruang yang hening dalam pikiranku mengalami kejutan yang benar-benar membekukan aliran darahku. Apa mesti aku memukul sahabatku itu atau harus berterima kasih padanya.Â
Dalam cerita lain aku terus mendengarkan alasan Rendi mempermainkan keadaanku yang sedikit menyakitkan. Aku langsung meninggalkan tempat itu. Aku merasakan malu yang berlimpah.Â