Mohon tunggu...
Deni Saputra
Deni Saputra Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru dan Penggiat Literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar menulis untuk memahami kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta via Ponsel

4 Oktober 2021   11:01 Diperbarui: 4 Oktober 2021   11:03 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Begitulah keadaan jalan raya di kota Jakarta yang setiap harinya selalu disesaki polusi dari kendaraan bermotor. Lekas aku terperanjat. Menyiapkan segala kebutuhan kuliahku hari ini.  

Kamarku laksana Legian Bali yang di bom oleh teroris beberapa tahun yang lalu. O, aku setiap hari menyusahkan ibuku. Ibu tetap merapikannya dengan senyum yang menawan yang menjadi penyemangat hidupku untuk bisa bergiat mengisi hari-hariku.

***

Warna kehidupan kampus sudah mulai kelihatan ramai. Aku berada di depan salah satu kelas di Jurusan Sastra Indonesia, karena aku mengambil jurusan itu untuk wawasanku tentang seni kehidupan. 

Dengan biasanya aku terdampar menunggu teman-temanku yang belum datang atau dosen yang seharusnya memberikan mata kuliah di kelasku. Mengutak-atik ponsel menjadi kebiasaanku itu. 

Aku teringat mengenai nomor ponsel yang semalam menghubungiku dan mengganggu tidurku. "Pasti si Rendi" pikirku. Aku mencoba iseng lagi dengan menghubunginya, aku tekan nomor yang semalam.

"Hallo? Hallo...?" suara seorang gadis mengiang di telingaku dan sungguh membuatku terbangun bukan dari tidurku. Karena suara itu tak kukenal.

"Hallo, siapa ini?" Aku membalas sapaan itu dengan sebuah pertanyaan, awal pertanyaan dari orang-orang yang tak pernah mengenalinya.

"Hallo? Maaf, ini siapa?" gadis itu malah balik bertanya.

"Ini nomor ponsel yang semalam missedcall aku, kan?"

"Oh iya! Maaf ya, aku semalam salah nomor. Tadinya aku mau menghubungi temanku tapi ya..." gadis itu berseru memohon maaf. Aku mangangkat bahuku sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun