Mohon tunggu...
Deni Saputra
Deni Saputra Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru dan Penggiat Literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar menulis untuk memahami kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta via Ponsel

4 Oktober 2021   11:01 Diperbarui: 4 Oktober 2021   11:03 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Raut muka yang tak menyimpan ronanya untuk aku persembahkan pada pandangan orang. Kebahagiaan dan harapan terhapus dengan cekatan alasan yang Rendi berikan padaku. Ternyata asa yang aku bawa dari Jakarta menjadi candu di Bogor.

Rendi memperkenalkan Rina dengan jalan yang salah. Rendi menyuruh Rina agar aku bisa mencari perempuan yang bisa mengalahkanku dalam setiap omonganku. 

Karena aku sudah lama sendiri, sejak aku putus dari kekasihku yang lama membuat aku lupa akan cinta dari pelukan seorang perempuan. Aku terfokus terhadap kuliah. 

Sebenarnya Rendi ingin membuat aku bahagia. Toh nyatanya aku terjerumus dalam permainannya, bahwa aku bisa lebih dari sekadar mencari teman perempuan. Jadi, Rina meneleponku bukan karena salah sambung tetapi sudah mengetahui nomor ponselku.

Perkara yang tajam terjadi dalam sebilah pisau persahabatan. Tak ada kata yang bisa membunuh akan cinta sejatinya. Ketika semua datang dalam ketenangan dan menaruh harapan dalam mimpi yang kosong. Aku menghembuskan nafas dalam rasa kikuk yang terjadi di hari ini. Semua sirna dalam lamunanku ketika sahabatku itu mempermainkanku.

***

Aku tak bisa menjabat tangan sahabatku. Mengenang dalam goresan hari di tengah-tengah masalah yang terjadi dalam persahabatanku. Namun, aku tak berharap masalah ini dapat diperpanjang edisinya, karena ini hanyalah masalah kecil yang bisa aku selesaikan dengan Rendi. Atau mungkin bertiga dengan Rina. 

Lantas, aku akan mengubah cinta sejatiku menjadi candu hanya dalam sekejap. Yang akhirnya aku masih tetap berdiam diri tanpa berkata apa-apa di hadapan Rendi.

Lekas aku menyimpan do'a di sudut kata-kata yang menjelma sebait puisi. Desah bergumul melepas lelah yang sangat berarti dalam tindak kehidupan. Sangatlah kurindukan nada-nada dalam ranum waktu. Pernah aku mencoba untuk mengambil Rina dari tangan Rendi. Tapi aku tidak ingin mencoba untuk terus bergulat dalam penyesalan.

"Hai, Rin!" lantas aku menelepon untuk yang kesekian kali.

"Aku mencintaimu." Naluriku tak bisa kuhentikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun