Kini, Presiden Prabowo menunjukkan bahwa performa bisa langsung menentukan legitimasi. Siapa pun menteri yang gagal berinovasi akan segera terlihat pucat di hadapan publik.
Lebih jauh, strategi "bakar samping" menciptakan dinamika baru: setiap menteri harus bersiap menjadi "Purbaya" di bidangnya masing-masing.Â
Artinya, mereka tidak bisa lagi hanya bertahan, tetapi harus berani mengambil langkah berisiko demi menghasilkan capaian nyata. Jika tidak, mereka akan dibandingkan dengan figur yang sudah dijadikan standar. Dan, hampir pasti akan "diadili" langsung oleh masyarakat.
Psikologi ini juga mengubah pola komunikasi publik. Menteri-menteri harus berhati-hati agar tidak asal bicara, tetapi harus menunjukkan langkah konkret. Publik sudah melihat contoh nyata, sehingga toleransi terhadap retorika tanpa tindakan akan semakin menipis.
Dalam jangka pendek, efek ini menciptakan semangat kompetisi yang tinggi. Namun, dalam jangka panjang, hal ini akan menentukan wajah kabinet: apakah menjadi kumpulan birokrat pasif, atau kumpulan inovator yang berani.
Konsolidasi Politik Presiden Prabowo
Strategi "bakar samping" juga berfungsi sebagai alat konsolidasi politik. Dengan menampilkan AHY dan Purbaya, Prabowo memperlihatkan siapa yang bisa naik daun dan siapa yang bisa dipinggirkan. Ia menegaskan bahwa dirinya adalah pusat kalkulasi, dan setiap menteri bergantung pada keputusannya untuk mendapatkan ruang.
Konsolidasi ini penting karena Kabinet Merah Putih adalah kabinet koalisi besar. Tanpa pengendalian yang kuat, kabinet bisa terjebak dalam tarik-menarik kepentingan partai dan geng politik.
Dengan menciptakan standar baru berbasis kinerja, Presiden Prabowo memotong logika jatah politik. Kini, partai-partai dan geng politik tidak bisa hanya mengandalkan kursi, tetapi harus memastikan kader atau orang titipan mereka tampil dengan performa yang layak.
Lebih jauh, konsolidasi ini juga berdampak pada legitimasi eksternal. Publik melihat bahwa Presiden Prabowo tidak segan menggeser atau menonjolkan figur tertentu demi kinerja. Ini membangun citra sebagai pemimpin yang tegas, yang tidak tunduk pada kompromi politik semata.
Strategi "bakar samping" juga mengurangi ketergantungan pada figur tertentu. Meski Sri Mulyani punya reputasi kuat, Prabowo berani melepasnya.Â