Mohon tunggu...
Christanto Panglaksana
Christanto Panglaksana Mohon Tunggu... Penulis

Warga pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Politik

Strategi "Bakar Samping" Presiden Prabowo: Dari AHY ke Purbaya

16 September 2025   02:59 Diperbarui: 16 September 2025   02:59 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Prabowo saat pelantikan sejumlah menteri pasca reshuffle Kabinet Merah Putih. (Kompas.com)

Ketika Purbaya Yudhi Sadewa ditunjuk sebagai Menteri Keuangan menggantikan Sri Mulyani, publik langsung menangkap adanya kejutan besar. Pilihan ini tidak mengikuti pola umum.

Sri Mulyani adalah teknokrat dengan reputasi internasional, sementara Purbaya dikenal lebih sebagai ekonom yang berani mengemukakan pandangan berbeda. Dengan kata lain, pengangkatan ini sejak awal sudah dimaksudkan untuk menciptakan kontras yang tajam.

Hanya dalam hitungan hari setelah menjabat, Purbaya meluncurkan kebijakan berani: mengucurkan dana Rp 200 triliun ke bank-bank BUMN dari dana Rp 425 triliun yang menganggur di Bank Indonesia.

Lebih jauh, ia memperingatkan para eksekutif bank agar tidak menggunakan dana itu untuk membeli Surat Berharga Negara (SBN). Keputusan ini memutus rantai kenyamanan lama, memaksa bank untuk mengarahkan likuiditas pada pembiayaan sektor produktif yang lebih dekat ke rakyat.

Langkah ini dilanjutkan dengan rencana paket kebijakan 8+4+5 bersama Menko Perekonomian. Semua ini memperlihatkan bahwa Purbaya bukan sekadar melanjutkan kebijakan yang ada, melainkan menciptakan terobosan yang memaksa struktur lama beradaptasi. Dengan kata lain, ia menjadi pilot project nyata dari strategi "bakar samping" Presiden Prabowo di ranah kebijakan ekonomi.

Purbaya bukan saja diberi mandat penuh, tetapi juga legitimasi politik dari Presiden. Terlihat jelas bahwa kebijakan berani ini tidak mungkin berjalan tanpa restu langsung dari pucuk pimpinan. 

Presiden Prabowo, dengan itu, memperlihatkan gaya baru dalam mengelola kabinet: memberi ruang penuh pada satu figur untuk menyalakan api yang membakar sejawatnya.

Dengan segera, Purbaya dipersepsi sebagai standar baru kinerja menteri: cepat, berani, dan langsung menyentuh kebutuhan rakyat. 

Posisi menteri lain pun menjadi sulit: mereka tak lagi bisa bersembunyi di balik alasan birokrasi atau kompromi koalisi politik, sebab tolok ukur sudah dinaikkan.


Kontras dengan Sri Mulyani dan Paradigma Lama

Kontras antara Purbaya dan Sri Mulyani tidak bisa dilepaskan dari strategi "bakar samping" ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun