Mohon tunggu...
Christanto Panglaksana
Christanto Panglaksana Mohon Tunggu... Penulis

Warga pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Politik

Strategi "Bakar Samping" Presiden Prabowo: Dari AHY ke Purbaya

16 September 2025   02:59 Diperbarui: 16 September 2025   02:59 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Prabowo saat pelantikan sejumlah menteri pasca reshuffle Kabinet Merah Putih. (Kompas.com)

Menangkap Jejak Strategi yang Tersembunyi

Sejak awal masa pemerintahannya, Presiden Prabowo memperlihatkan kecenderungan untuk tidak semata-mata menata kabinet secara administratif. Ia cenderung menguji dan meracik skema manajemen politik yang tidak biasa.

Salah satunya adalah strategi yang bisa disebut sebagai "bakar samping": menggunakan figur tertentu sebagai obor untuk menyulut kinerja atau menekan kolega lain dalam lingkar kekuasaan. Ini bukan strategi frontal, melainkan permainan simbolik yang efektif menciptakan tekanan psikologis dan politik.

Tanda-tanda dari strategi ini sudah muncul jauh sebelum reshuffle kabinet belakangan ini. Dalam berbagai momen, publik melihat bahwa Presiden Prabowo sering menugaskan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, untuk mewakilinya dalam forum-forum penting.

Hal itu bahkan lebih sering dilakukan ketimbang memberi peran serupa kepada Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Tindakan semacam ini tentu bukan kebetulan, melainkan sinyal politik yang dihitung.

Dengan menampilkan AHY ke panggung diplomasi dan forum strategis, Presiden Prabowo seolah menguji daya bakar politik sang menteri muda. Publik mencatat pertemuan AHY dengan tokoh internasional, pidato di forum strategis, hingga peran dalam acara kenegaraan.

Semua ini memperlihatkan bahwa ia diposisikan lebih dari sekadar menteri koordinator bidang teknis. Dalam konteks strategi "bakar samping," AHY menjadi semacam percobaan awal: Apakah eksposur besar kepada satu figur bisa memengaruhi irama dan psikologi politik di dalam kabinet?

Efeknya memang nyata. Posisi Gibran, yang notabene Wakil Presiden, terlihat dikecilkan perannya. Ia hanya sesekali tampil, dan lebih sering dalam acara yang sifatnya seremonial.

Kontras ini menimbulkan bisik-bisik di publik tentang posisi Gibran (dan Jokowi), sekaligus tekanan implisit kepada menteri lain: jika AHY bisa diberi panggung besar, maka siapa pun yang gagal tampil atau berinovasi akan mudah tergeser. Dengan demikian, sejak awal strategi ini sudah digunakan untuk menguji pergeseran dinamika kekuasaan.

Jejak awal ini menjadi penting dibaca ulang dalam konteks politik belakangan. Sebab, pola yang sama kembali muncul dengan lebih tajam ketika Presiden Prabowo menunjuk Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menteri Keuangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun