Peristiwa tersebut belum terselesaikan dan terbawa hingga hari ini.
"Mama Papamu tahu?" tanya Vira penasaran setelah Vie menyelesaikan ceritanya tadi. Seru juga ternyata.
"Nggak."
"Untung deh." Vira mengurut dadanya. Sebentar ia bertopang dagu, seperti berpikir. "Mestinya kamu nggak boleh gitu deh sama dia. Biar gimana pun Mbak Ris kan kakakmu yang pasti punya alasan kenapa begitu."
"Tapi, nggak gitu caranya dong. Kalo emang dia ternyata suka sama Jemy, kita saingan aja secara sehat. Nggak maen belakang gitu."
Mendadak ada ide muncul di kepala Vira. "Eh, daripada kamu begini terus, kenapa nggak ngomong langsung aja ke Jemy kalo kamu suka dia sih?"
"Hah?!" Vie kaget. "Lu serius apa becanda tuh?"
"Serius!" Vira mencongdongkan dua buah jarinya seperti tanda viktori ke hadapan muka Vie. "Tapi, lu yakin nggak kalo si Jemy suka juga sama kamu?"
"Yakin dong! Dia kan lebih baekin Vie daripada Mbak Ris. Valentine kemaren aja Vie yang dikasih bunga bukan Mbak Ris."
"Nah, ya udah. Kamu udah megang kartu as-nya tuh." Vira semakin bersemangat. "Kalo kamu bisa ngomong ke Jemy, minimal Mbak Ris-mu kan udah keduluan."
Vie cuma diam. Di kepalanya sedang mengolah apa yang diusulkan Vira barusan.