Bulan yang bengkak membesar baru saja mengejar matahari yang enggan dan masih bersinar di cakrawala beberapa jam sebelumnya, menyelimuti laut yang tenang. Dan dengan aroma sisa musim hujan yang tercium, musim kemarau akan segera tiba.
"Aku tidak yakin ini seromantis yang kamu kira," si gadis terkekeh saat bahunya menyentuh lengan jejaka itu dengan sentuhan yang akrab.Â
"Bagaimana aku tahu apa isinya?"
"Tentu saja begitu sampai padamu. Kamu masih akan pulang besok?"
"Aku harus pulang, tetapi aku akan kembali," si gadis berjanji, diselingi dengan hormat salut pura-pura.
Jejaka meraba-raba botol saat mereka mencari tempat berlindung yang aman.
"Kamu yakin itu surat cinta?"
"Oh, aku yakin," kata jejaka dengan candaan yang cukup untuk menyembunyikan kedalaman hati.
"Dan ada alamatku di sana?" tanya gadis lebih lanjut.
"Alamatnya ada di botol yang kamu berikan padaku," goda jejaka.
Gadis melanjutkan dengan cara lamunan senaandung. "Pesanku sendiri di dalam botol. Kamu yakin ini tidak mencemari lingkungan?"
Sambil tertawa, jejaka melontarkan botol itu sejauh mungkin. Keduanya menyaksikan botol terapung di atas puncak ombak kecil dan mengikuti arus untuk melewati bebatuan, tujuan dan takdir tidak diketahui.
"Apakah ini benar-benar milikku?" tanya si gadis, "atau Laut dikepung botol-botol milikmu ini, untuk setiap kencan musim liburan?"
"Tidak ada yang menggunakan kata 'dikepung'," jejaka yang kasmaran tersenyum saat mereka berpelukan.
Mereka percaya, karena masih muda.Â
Jejaka melambaikan tangan dari dermaga saat feri berlayar, awal perjalanan pulangnya.
Botol-botol terdampar. Orang-orang terdampar. Cinta hanyut.
Bulan di laut yang tenang mengejar matahari tak cukup hanya sekali tapi berhari-hari, dan musim demi musim membuat para kekasih semakin terombang-ambing.Â
Kina jejaka terseok-seok di sepanjang pantai yang sepi, seperti gaya berjalannya akhir-akhir ini. Matanya yang tertunduk, silau dan waspada oleh sinar cahaya yang membelok, mengamati ombak.Â
Seperti pesan bersandi, matahari terpantul sebentar-sebentar dari kaca hijau yang mengapung saat air pasang dengan lembut membawanya ke pantai berpasir. Botol yang terdampar di hadapannya, penuh teritip dan berlumut, tergeletak tak terbuka.
Sebuah pernyataan yang diluncurkan dengan sangat lembut, terdampar di kakinya.Â
Kembali kepada pengirim.
Blok M, 13 April 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI