Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Pesan dari Laut

13 April 2025   11:03 Diperbarui: 13 April 2025   11:03 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gadis melanjutkan dengan cara lamunan senaandung. "Pesanku sendiri di dalam botol. Kamu yakin ini tidak mencemari lingkungan?"

Sambil tertawa, jejaka melontarkan botol itu sejauh mungkin. Keduanya menyaksikan botol terapung di atas puncak ombak kecil dan mengikuti arus untuk melewati bebatuan, tujuan dan takdir tidak diketahui.

"Apakah ini benar-benar milikku?" tanya si gadis, "atau Laut dikepung botol-botol milikmu ini, untuk setiap kencan musim liburan?"

"Tidak ada yang menggunakan kata 'dikepung'," jejaka yang kasmaran tersenyum saat mereka berpelukan.

Mereka percaya, karena masih muda. 

Jejaka melambaikan tangan dari dermaga saat feri berlayar, awal perjalanan pulangnya.

Botol-botol terdampar. Orang-orang terdampar. Cinta hanyut.

Bulan di laut yang tenang mengejar matahari tak cukup hanya sekali tapi berhari-hari, dan musim demi musim membuat para kekasih semakin terombang-ambing. 

Kina jejaka terseok-seok di sepanjang pantai yang sepi, seperti gaya berjalannya akhir-akhir ini. Matanya yang tertunduk, silau dan waspada oleh sinar cahaya yang membelok, mengamati ombak. 

Seperti pesan bersandi, matahari terpantul sebentar-sebentar dari kaca hijau yang mengapung saat air pasang dengan lembut membawanya ke pantai berpasir. Botol yang terdampar di hadapannya, penuh teritip dan berlumut, tergeletak tak terbuka.

Sebuah pernyataan yang diluncurkan dengan sangat lembut, terdampar di kakinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun