Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

CMP 54: Buku Notes Kecil

14 Agustus 2022   07:20 Diperbarui: 14 Agustus 2022   07:29 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pikirannya mengembara
Panggilan takdir yang memaksa
Dia berpikir bahwa dia akan segera menemukan
Apa artinya di balik semua itu?


Saat dia menyelipkan buku itu sekali lagi ke tempatnya, Jamal menyadari bahwa apa yang dia lakukan dapat digambarkan sebagai flirting. Wajahnya memerah saat memikirkannya dan dia merasa jiwanya hangat sepanjang hari.

Flirting hal baru baginya. Dan sangat menyenangkan. Gagasan bahwa seseorang mungkin tertarik padanya secara romantis adalah pemikiran yang tidak terlintas di benaknya Sepanjang hidupnya.

Korespondensi berlanjut tanpa gangguan selama beberapa minggu, karakter utama dalam cerita semakin dekat satu sama lain, tetapi tidak pernah bertemu. Itu karena sesuatu yang--dalam cerita--disebut takdir. Dalam kehidupan nyata itu disebut rasa malu.

Kedua penulis belum mempunyai keberanian untuk mengusulkan pertemuan. Namun, setiap pagi Jamal datang untuk bekerja dengan persiapan untuk pertemuan itu setiap harinya. Dia mencoba berpakaian sedikit lebih baik, pergi ke barbershop dan bahkan mencoba lensa kontak. Ketika dia kehilangan set kelima di lantai kamar mandi, dia memutuskan eksperimen dengan lensa kontak gagal.

Namun, semua perubahan ini memiliki efek positif pada kepribadiannya. Dia merasa lebih percaya diri dan lebih banyak berbicara dengan pengunjung perpustakaan daripada tenggelam dalam dunia imajinasi sepanjang waktu. Rasanya menyenangkan. Saat kepercayaan dirinya tumbuh, begitu pula keinginannya untuk bertemu dengan perempuan bermata hijau itu. Maka tidak lama kemudian dia mengambil buku itu dan menulis:

Dia lelah sudah menunggu
Sangat ingin melihat gadis itu dengan mata kepala
Maka keesokan harinya dia akan menunggu
Di tempat jalan mereka pernah terjalin

Keesokan harinya, saat Jamal menuju bagian Romantis, lorong Ih, waktu terasa lambat. Rasa cemas menguasainya. setiap serat tubuhnya berteriak padanya, menyuruhnya  berbalik dan lari. Tetap saja dia melangkah maju. Sudah terlambat untuk mundur.

Ketika sampai di tikungan, dia berhenti dan menarik napas dalam-dalam. Saat dia berbelok, di sanalah dia berdiri, mencengkeram buku notes itu ke dadanya. Menatapnya dengan apa yang tampak seperti rasa cemas yang sama yang dia rasakan.

Matanya hijau tua, menatapnya dari balik kacamata yang samar-samar menyerupai miliknya. Rambutnya cokelat mengkilat, dikepang dengan hati-hati bagai ekor yang tergantung di bahunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun