Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

CMP 137: Pecundang

17 Maret 2024   07:00 Diperbarui: 17 Maret 2024   07:10 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Marina mematikan alarm pada pukul 5:18. Dua belas menit kemudian, alarm itu akan membangunkan Ucok, panggilan untuk Charlie. Marina, ibu Ucok, memasak air panas untuk kopi anaknya dan pergi ke gereja.

Ucok telah menjalani kehidupan yang rusuh sejak lulus. Delapan tahun yang lalu. Dia ingin menjadi spesialis anestesi---hanya saja dia tidak suka belajar. Joyce, kekasih masa remaja yang kemudian menjadi tunangannya bercita-cita untuk kuliah di Yogya. Sebaliknya, dia mengambil jurusan Keperawatan, mendapatkan pekerjaan harian di Klinik Bunda.

Marina memasukkan muatan ketiga ke dalam cucian. Bahkan bel pengering mesin tidak dapat membangunkan Ucok. Hari ini adalah hari ulang tahun Ucok, jadi dia pantas untuk tidur.

Dia akan melanjutkan mencari loker besok. Bermain kartu dan melompati palang membuatnya lelah. Joyce juga.

Kini segalanya telah berubah. Joyce memikirkan kembali masa depannya dan mempertimbangkan padang rumput yang lebih hijau. Mungkin Jakarta.

Ayah Ucok dan adik perempuannya telah bertahun-tahun terbang meninggalkan rumah. Marina telah memilih untuk tetap tinggal di Medan dan menjadi istri yang baik bagi suaminya yang bekerja di luar mengeri dan menjadi ibu yang terlalu memanjakan anaknya.

Sekitar tengah hari, Ucok mengirim pesan menanyakan makan malamnya. Joyce melirik ponselnya. Calamari Carbonara. 

Tentu, Ucok. 

Dia sedang bekerja shift kedua. Jadi dia menjawab dengan alternatif yang masuk akal. Bakso dan Spaghetti. Ucok tidak mengerti, tapi dia menjawab "Oke." Energi terbanyak yang dia keluarkan hari itu.

Pada pukul 21:59, Joyce tiba dengan membawa Tiramisu dari toko roti terbaik yang bisa dia temukan saat istirahat. Mungkin itu yang pantas diterima si pemalas. Ucok tidak mirip lagi dengan anak laki-laki ganteng di SMA yang telah membuatnya terpesona.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun