Jika diminta untuk menggambarkan sosok Jamal dalam satu kata, kebanyakan orang akan menyebutkan 'berdebu', yang memang tepat.
Pustakawan muda itu mengenakan kacamata tebal dan besar, berambut kemerahan seperti pasir gurun, agak terlalu panjang dengan model potongan ketinggalan zaman dan mengenakan satu set pakaian bersejarah yang mungkin milik seorang guru sejarah yang sudah pensiun.
Jelas, penampilan bukanlah yang menarik minatnya. Yang menjadi hajat hidupnya--jangan kaget---hanyalah buku.
Jamal terbangun karena suara buku audio, menyikat gigi atau duduk di toilet sambil membaca. Demikian pula saat makan yang dilakukannya tiga kali sehari
Dia berulang kali dimarahi bosnya karena membaca buku di tempat kerja, yang hampir tidak bisa disalahkan karena perpustakaan pusat tempat dia bekerja sangat besar dan menampung lebih dari dua juta judul buku. Semuanya tertata rapi dalam genre dan urutan abjad.
Tanggung jawab utama Jamal adalah memastikan bahwa keteraturan dan kerapian ini tidak pernah terganggu, dan segera memperbaikinya jika terjadi salah letak.
Dia sangat ahli dalam hal itu. Terbaik, bahkan. Bahkan meski sedang fokus membaca atau mendengar cerita yang bagus, dia entah bagaimana masih berhasil menemukan setiap kesalahan di rak yang tak terhitung jumlahnya.
Buku-buku yang hilang sebagian besar waktu ditemukan tanpa terlalu banyak kesulitan. Buku-buku yang muncul di rak tetapi bukan termasuk dalam katalog, adalah sesuatu yang sama sekali baru baginya.
Pada hari itu terjadi, Jamal mendorong gerobaknya ke bagian Romantis di selasar. Saat dia berjalan melewati lorong, mengembalikan buku-buku selasar Ik dia melihat kekeliruan yang sempurna itu.
Saat dia mengambilnya dari rak untuk diperiksa, ternyata itu adalah buku notes hitam dengan merk yang kurang terkenal. Dia akrab dengan jenama tersebut, bahkan memiliki satu buku saku yang sama. Namun bagaimana buku tulis itu muncul di perpustakaan sepenuhnya adalah misteri baginya. Tidak ada tanda kepemilikan di sampulnya.