Mohon tunggu...
Asep Sukarna
Asep Sukarna Mohon Tunggu... Freelancer

Penjaga aroma yang tidak pernah selesai. Menulis bukan untuk menjelaskan, apalagi mengejar rating. Aku menulis hanya untuk menyeduh waktu.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

BAB 1 : Aroma yang Tak Pernah Selesai

1 Agustus 2025   08:38 Diperbarui: 23 Agustus 2025   08:33 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia diam.

Tidak tergesa membuang atau menyimpan kembali.

Tangannya memegang batch itu seperti benda yang tidak ingin disentuh tapi juga tidak bisa diabaikan.

Termos tua masih menyimpan air hangat yang kehilangan panasnya.

Gilang menyeduh pelan, tidak mencari suhu ideal.

Aroma mulai naik, perlahan,

bukan seperti kopi yang ingin menjual rasa,

tapi seperti surat yang belum pernah dikirim.

Raka mendekat, duduk lebih dekat ke rak memo.

Ia tidak bicara.

Matanya mengikuti gerak uap air,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun