Mohon tunggu...
Idwar anwar
Idwar anwar Mohon Tunggu... Freelancer - writer, editor

writer, editor

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Andi Jemma: Tahta untuk Republik

17 Juli 2019   08:03 Diperbarui: 17 Juli 2019   08:23 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

/10/

kami terus berjalan menyusuri semak belukar
menebas deretan pohon-pohon bakau
yang tumbuh berpelukan
kaki-kami kami melepuh
berkubang di dalam lumpur
menapaki bebatuan
melibas rumput dan perdu
di bawah terik matahari
dan pekatnya malam

kecuali orang tua dan ibu hamil
tak ada yang ditandu
aku ingin merasakan penderitaan para pejuang
semua merasakan perjalanan sesungguhnya
perjalanan menuju kemenangan
yang harus direbut
dengan perjuangan pantang menyerah

aku bisa merasakan betapa rakyat
teramat mengasihiku
begitu menghormatiku

meninggalkan Cappasolo menuju Pongko
1 Februari 1946
aku merasakan waktu terpenjara
rasanya begitu lama
sejak meninggalkan Istana Luwu

tapi kusaksikan gelora berkobar-kobar
di balik wajah-wajah lelah
rakyat dan para pemuda pejuang
sungguh membuatku malu pada diri

rasanya aku hanya memberi beban
sorot mata mereka siap siaga menjagaku
memenuhi semua kebutuhanku
meski dalam keadaan yang serba kekurangan
dan menjadi incaran moncong senjata

7 Februari 1946, perjalanan belum berakhir
serupa mengeja waktu
langkah kami gontai
terseret menuju Wellang Pellang  
menyisir kampung Pombakka .
hingga langkah berakhir di Batu Pute
bukanlah perjalanan yang mudah
rintangan menerjang dari berbagai arah
kami terus bergerak
menyeret langkah
karena kami mencium aroma harapan
meski di ujungnya
ada kematian yang menghadang

/11/

Batu Pute
pepohonan lebat tertancap kokoh
mengelilingi bukit terjal
menggiring udara sejuk
dengan sapuan angin lembut beriringan
mewujud hening

kurasa tempat ini menjadi benteng terbaik
mengatur perlawanan; membungkam penindasan
riak, bergelombang terus menghantam
tapi rakyat Luwu tak pernah menyerah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun