Mohon tunggu...
Idwar anwar
Idwar anwar Mohon Tunggu... Freelancer - writer, editor

writer, editor

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Andi Jemma: Tahta untuk Republik

17 Juli 2019   08:03 Diperbarui: 17 Juli 2019   08:23 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

/6/

Mesjid Jami Bua
digilas kaki-kaki bersepatu lars; angkuh
mencabik harga diri

21 Januari 1946
satu brigade tentara NICA /KNIL  
menginjak-injak dan merobek-robek al-Qur'an.
Tomandjawani, sang penjaga mesjid
lelaki separuh baya itu berlumur darah
mulutnya dihantam sepatu lars
beberapa giginya jatuh
kepalamya ditetak bayonet berkali-kali
darah berceceran di lantai mesjid
membasahi sobekan al-Quran
yang diinjak-injak kepongahan

tangan lelaki itu gemetar
mencoba meraih sobekan Kita Suci
yang kerap dibacanya selepas Subuh dan Magrib
sorot matanya mengabur
tertutup darah yang terus saja mengalir
dan kelopak mata yang terasa kian berat

dan ketika tangannya
berhasil meraih sobekan al-Quran
tangannya diinjak
bunyi patahan tulang terdengar memilukan; remuk
teriakannya lenguh, tertahan
terpenjara dalam keheningan malam

aku marah
darahku mendidih
otot-ototku mengeras
pikiranku menjelma liar
berita itu membuatku murka

/7/

hari ini, 23 Januari 1946
langit pekat di atas kotaku
Palopo dirubung gelisah
debaran jantung para pejuang bergemuruh
menggedor-gedor kepekatan malam

aku menghitung jejak
yang ditinggalkan masa lalu
meramu semangat agar terus berkobar
dengus nafas saling beradu
dengan dingin yang kian menggigilkan

letusan senjata menyalak
terdengar di depan Rumah Sakit
para pejuang mengepung kota
teriakan takbir dan pekik MERDEKA
membumbung di udara malam
yang kian mengental

ribuan kaki kokoh tanpa alas
menggetarkan tanah
menghentak kesadaran rakyat
betapa pentingnya kemerdekaan
begitu bermaknanya kebebasan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun