Mohon tunggu...
Arfi Zon
Arfi Zon Mohon Tunggu... Penulis - PNS dan Penulis

Seorang Pegawai Negeri Sipil yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Akun Facebook Ayah

24 Juni 2021   06:49 Diperbarui: 29 Juli 2021   12:44 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kadang aku merasa, Ayah tak terlalu menyayangiku. Meski sekarang bersyukur karena dulu Ayah mengirimku ke pesantren, aku tetap merasa keputusan itu diambil Ayah hanya karena Beliau tak betah mengurusku di rumah.

*****

Dalam perjalanan ke bandara, aku hanya diam dan merenung. Bagaimanapun terbiasanya aku jauh dari Ayah, tetap saja kali ini aku memikirkan Beliau. Ditambah pula pengemudi taksi yang kutumpangi sepertinya tipe pendiam. Tak suka mengajak penumpangnya ngobrol. Makin larutlah aku dalam perenungan.

Entah kenapa, tiba-tiba aku merasa tersadar selama ini sudah terlalu banyak berprasangka buruk pada Ayah. Padahal, hingga detik ini tak satupun prasangka itu terbukti benar. Tak sempat salim pada Ayah tadi membuatku merasa belum plong. Merasa belum mendapat doa restu. Apalagi dalam obrolan pagi tadi aku sempat meremehkan Ayah Ketika kami membahas soal warisan. Aku bahkan mencemooh ketika Beliau berkata ingin mewariskan akun facebook-nya untukku kelak.

Aku coba telpon Ayah. Ingin minta maaf soal kata-kata ketusku pagi tadi sekaligus berpamitan. Berulang-ulang telponku nyambung namun tak diangkat. Aku jeda beberapa menit, lalu kembali menelpon, tapi tetap tidak diangkat. Mana Ayah?

Aku gelisah. Kucoba menenangkan diri dengan prasangka baik. Mungkin ayah sedang sibuk dengan pekerjaannya sehingga tak sempat mengangkat telpon.

Lalu kuedarkan pandangan ke luar. Tak banyak kendaraan lalu lalang. Jalan tol sepi siang ini. Tiba-tiba aku teringat soal facebook. Kenapa Ayah tadi bilang ingin mewariskan akun facebooknya? Pasti ada yang istimewa, pikirku. Aku penasaran.

Segera aku masuk ke aplikasi medsos itu. Aku sendiri sebenarnya sudah sangat jarang mengaksesnya. Di kalangan anak muda facebook memang tidak terlalu menarik lagi. Termasuk aku. Aku pun lebih aktif menggunakan Instagram dan whatsapp saja ketimbang facebook. Namun, kali ini aku begitu antusias ingin ke facebook.

Aku coba ketik dan search nama asli Ayah di fitur pencarian FB. Ketemu. Rupanya Ayah menggunakan nama aslinya sebagai nama akun. Sehingga tak sulit aku menemukannya. Setingan akun itupun sepertinya "PUBLIK". Aku bisa langsung melihat semua info dan isinya.

Yang pertama kulihat adalah foto profil. Ayah memasang foto perempuan berwajah manis sebagai foto profilnya. Awalnya aku mengerenyitkan kening, foto siapa itu? Tapi, kemudian aku bisa mengenali, itu foto Almarhumah Ibu. Aku pernah melihat foto itu di album foto di kolong meja ruang tamu. Rupanya, oleh Ayah foto itu difoto ulang dan Beliau jadikan foto profil.

Aku tersenyum sekaligus malu. Selama ini aku selalu yakin Ayah sudah melupakan Ibu. Ternyata aku salah. Beliau malah mengabadikan foto Ibu di akunnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun