Sayang... aku telah bersumpah di hadapanmu sebelum ajal menjemputmu, bahwa aku tak akan pernah mencari pengganti dirimu hingga akhir hayatku.
Aku tak akan pernah menikah lagi. Aku ingin terus menuai cintamu. Dan itu hanya bisa kuperoleh jika aku tetap sendiri. Supaya kau tetap abadi dalam hati dan hari-hariku.
Aku juga bersumpah akan menjadikan Leandra sebagaimana yang kita cita-citakan bersama. Menjadi perempuan yang luar biasa. Segala daya upaya terbaik akan kulakukan untuknya. Rahimmu tak akan sia-sia pernah ditumpangi oleh sosok calon perempuan hebat itu]
Pelupuk mataku langsung memberat. Ada butiran-butiran bening menyesak hendak keluar. Kubaca ulang status itu, dada semakin gemuruh.
Kembali aku telpon Ayah. Tapi hp Beliau tak bisa dihubungi. Yang menjawab suara operator yang menyatakan nomor yang dituju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan.
Tak lama setelah itu, terdengar suara announcement bandara yang mempersilahkan seluruh penumpang penerbangan maskapai Etihad tujuan Cairo untuk segera menaiki pesawat.
Aku mengalami dilema antara ingin memastikan keberadaan Ayah atau segera naik pesawat. Akhirnya kuputuskan mengirim pesan WA pada Ayah. Namun, setelah aku klik tombol kirim, pesan tak terkirim. Cuma tercentang satu.
'Mana Beliau? Kenapa tak bisa dihubungi?'
Rasanya ingin saja kubatalkan keberangkatan. Aku ingin bertemu Ayah dulu. Ingin bersimpuh di kaki Beliau dan meminta maaf atas segala prasangkaku. Ingin mencium tangan Beliau lalu mendapat kata-kata restu untuk keberangkatanku. Barulah hatiku bisa tenang.
Akan tetapi, membatalkan keberangkatan terlalu berat konsekwensinya. Akhirnya, dengan berat hati dan perasaan resah tak menentu, aku naik pesawat.
Setelah duduk gelisah selama lebih delapan jam penerbangan, pesawat mendarat untuk transit di Abu Dhabi. Belum sempurna pesawat berhenti, aku segera menghidupkan hp. Tak sabar ingin menelpon Ayah.