Mohon tunggu...
Arfi Zon
Arfi Zon Mohon Tunggu... Penulis - PNS dan Penulis

Seorang Pegawai Negeri Sipil yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Akun Facebook Ayah

24 Juni 2021   06:49 Diperbarui: 29 Juli 2021   12:44 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sayang... aku telah bersumpah di hadapanmu sebelum ajal menjemputmu, bahwa aku tak akan pernah mencari pengganti dirimu hingga akhir hayatku.

Aku tak akan pernah menikah lagi. Aku ingin terus menuai cintamu. Dan itu hanya bisa kuperoleh jika aku tetap sendiri. Supaya kau tetap abadi dalam hati dan hari-hariku.

Aku juga bersumpah akan menjadikan Leandra sebagaimana yang kita cita-citakan bersama. Menjadi perempuan yang luar biasa. Segala daya upaya terbaik akan kulakukan untuknya. Rahimmu tak akan sia-sia pernah ditumpangi oleh sosok calon perempuan hebat itu]

Pelupuk mataku langsung memberat. Ada butiran-butiran bening menyesak hendak keluar. Kubaca ulang status itu, dada semakin gemuruh.

Kembali aku telpon Ayah. Tapi hp Beliau tak bisa dihubungi. Yang menjawab suara operator yang menyatakan nomor yang dituju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan.

Tak lama setelah itu, terdengar suara announcement bandara yang mempersilahkan seluruh penumpang penerbangan maskapai Etihad tujuan Cairo untuk segera menaiki pesawat.

Aku mengalami dilema antara ingin memastikan keberadaan Ayah atau segera naik pesawat. Akhirnya kuputuskan mengirim pesan WA pada Ayah. Namun, setelah aku klik tombol kirim, pesan tak terkirim. Cuma tercentang satu.

'Mana Beliau? Kenapa tak bisa dihubungi?'

Rasanya ingin saja kubatalkan keberangkatan. Aku ingin bertemu Ayah dulu. Ingin bersimpuh di kaki Beliau dan meminta maaf atas segala prasangkaku. Ingin mencium tangan Beliau lalu mendapat kata-kata restu untuk keberangkatanku. Barulah hatiku bisa tenang.

Akan tetapi, membatalkan keberangkatan terlalu berat konsekwensinya. Akhirnya, dengan berat hati dan perasaan resah tak menentu, aku naik pesawat.

Setelah duduk gelisah selama lebih delapan jam penerbangan, pesawat mendarat untuk transit di Abu Dhabi. Belum sempurna pesawat berhenti, aku segera menghidupkan hp. Tak sabar ingin menelpon Ayah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun