Mohon tunggu...
Arfi Zon
Arfi Zon Mohon Tunggu... Penulis - PNS dan Penulis

Seorang Pegawai Negeri Sipil yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Akun Facebook Ayah

24 Juni 2021   06:49 Diperbarui: 29 Juli 2021   12:44 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Oya, penerbanganmu tetap sesuai jadwal, kan? Nanti, kalau sudah jamnya harus berangkat, dan Ayah belum pulang, berangkat saja, ya. Nggak usah nunggu Ayah. Kunci rumah taruh saja di bawah keset."

"Iya, Yah. Masih sesuai jadwal," jawabku masih dengan wajah agak kesal.

"Ayah ndak masalah kan, aku tinggal jauh dalam waktu lama? Bisa jadi aku ngak akan pulang bertahun-tahun, lo, Yah."

"Ndak apa, Nak. Jangan khawatirkan Ayah. Fokus saja sama studimu di Mesir sana. Belajar yang tekun. Raih prestasi terbaik. Itu saja sudah cukup buat Ayah."

"Tapi ingat, lo, Yah. Setelah aku pergi, aku tetap nggak mau Ayah nikah lagi. Aku nggak mau punya Ibu lain selain Almarhumah Ibuku," tegasku.

Ayah kembali cuma merespon dengan senyuman. Selalu begitu. Tak pernah berubah sejak dulu. Ayah tak pernah dengan tegas membuat pernyataan di hadapanku, bahwa Beliau memang tidak berniat akan menikah lagi. Dalam hati, aku masih menyimpan kecurigaan bahwa sebenarnya Ayah masih sangat ingin menikah lagi.

*****

Pukul 13 lewat sedikit, selepas mengerjakan shalat dzuhur, aku meninggalkan rumah menuju bandara. Aku akan menempuh penerbangan panjang menuju Cairo, Mesir. Lebih kurang 13 jam dengan sekali transit di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.

Sebagaimana pesan Ayah tadi, kunci rumah kutaruh di bawah keset depan pintu rumah.

Demikianlah, meski akan pergi jauh dalam waktu yang sangat lama, perpisahanku dengan Ayah cuma begitu saja. Tak ada kata-kata perpisahan melankolis, emosional, apalagi bertangis-tangisan. Semua datar-datar saja. Bahkan tadi aku belum sempat salim sekaligus berpamitan dengan Ayah. Sebab, Beliau sudah berangkat kerja saat aku sedang di kamar mandi. Beliau cuma berteriak memberi tahu akan berangkat kerja.

Ya, begitulah kami. Hubungan kami sebagai ayah dan anak memang tidak hangat sama sekali. Karena sejak usiaku dua belas tahun sudah berjauhan dengan Ayah, perpisahan menjadi hal yang biasa saja bagi kami. Ditambah pula karena terlalu seringnya aku nyinyir meminta Ayah untuk jangan sekali-kali pernah mencari pengganti Ibu untukku, maka, semakin dinginlah hubungan kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun