Mohon tunggu...
Arfi Zon
Arfi Zon Mohon Tunggu... Penulis - PNS dan Penulis

Seorang Pegawai Negeri Sipil yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Akun Facebook Ayah

24 Juni 2021   06:49 Diperbarui: 29 Juli 2021   12:44 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ada foto aku dan Ibu saat mau imunisasi. Ada video saat aku baru bisa berjalan. Melangkah terhuyung-huyung kemudian terduduk di lantai karena kaki belum kuat sempurna. Juga ada banyak sekali video rekaman saat aku berceloteh dan bernyanyi dengan kata-kata yang masih cadel.

Selain itu, Ayah rupanya juga suka menulis caption berpanjang-panjang. Menuliskan keterangan dan kesaksian atas semua momen yang terabadikan dalam tiap foto dan video yang Beliau posting.

Aku senyum-senyum melihatnya, karena bisa melihat alam masa kecilku. Melihat betapa dulu aku begitu disayang. Bisa kembali menyaksikan Ibu dalam wujud nyata, bergerak, berekspresi, bahkan berkata-kata melalui berbagai video yang diposting Ayah.

Rupanya ayah memang seorang dokumenter yang tekun. Sangat tepat kalimat yang tertera pada bio Ayah, ini memang saksi perjalanan hidup Beliau. Dan tentunya juga ada perjalanan hidupku dan Ibu di dalamnya. Rinduku pada Almarhumah Ibu pun terobati.

'Terimakasih, Ayah,' gumamku. Rasa haru mulai menyesak di dadaku.

Kembali kutelpon Ayah. Tapi masih sama dengan tadi. Telpon tersambung. Tapi tidak diangkat.

Dalam gelisah karena Ayah masih belum bisa dihubungi, aku kembali melanjutkan menggulir layar hp. Tak satu postingan pun kulewatkan. Semua kulihat seksama. Karena keasikan, tak terasa, aku sudah tiba di bandara. Buru-buru kuurus check-in dan buru-buru pula mencari tempat duduk yang nyaman di sebuah lounge yang tak terlalu ramai.

Setelah mendapatkan tempat duduk yang nyaman, tanpa menunggu lagi, aku kembali menekuri hp. Tak sabar ingin meneruskan keasikan menjelajahi isi akun facebook Ayah yang tadi terinterupsi.

Aku sudah sampai pada postingan Ayah di tahun 2015. Tahun dimana Kesehatan Ibu menurun drastis dan akhirnya meninggal akhir Februari.

Tanggal 27 Februari 2015 Ayah menulis sebuah status panjang yang membuatku kembali merinding hebat setelah membacanya.

["Manusia tidak dapat menuai cinta sampai dia merasakan perpisahan yang menyedihkan." (Khalil Gibran)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun